Luka Jovic Butuh Mentor Agar Bisa Berkembang di Madrid

Sejak didatangkan Real Madrid, performa Luka Jovic belum memuaskan. Pemain muda asal Serbia itu sebelumnya bermain begitu memukau bersama Eintracht Frankfurt. Namun saat hijrah ke Spanyol performanya seperti berbanding terbalik.

Banyak hal disinyalir menjadi sebab. Salah satunya adalah pemain berusia 22 tahun itu tidak memiliki mentor yang bisa membimbingnya di klub raksasa itu. Hal ini diyakini oleh mantan pemain Serbia, Velijko Paunovic.

Menurut Paunovic, striker muda itu belum bisa tampil maksimal karena tidak mendapat bimbingan dari pemain senior. Untuk itu menurut Paunovic, Jovic butuh pemain senior agar bisa membimbingnya untuk mendapatkan kembali potensi terbaiknya.

Meski begitu Paunovic yakin Jovic sangat bertalenta dan masih memiliki kesempatan untuk berkembang. Jovic disebutkan masih butuh waktu untuk beradaptasi menjadi bagian dari klub tersukses di Eropa itu.

“Kami semua berharap bisa melihat Jovic lebih banyak dan saya pikir dia butuh waktu untuk beradaptasi. Walau begitu, saya masih percaya dengan kemampuannya,” beber Paunovic.

Lebih lanjut Paunovic mengatakan Jovic sudah mendapat perhatian memadai dari pelatih Madrid, Zinedine Zidane. Hanya saja Jovic perlu didampingi oleh pemain yang lebih senior.

“Zinedine Zidane sudah cukup baik merangkul Jovic. Namun, saya rasa dia kehilangan veteran yang bisa menunjukkan bagaimana tim-tim besar seperti Real Madrid, Barcelona, atau Atletico Madrid bermain,” sambungnya.

Bermain di klub sebesar Madrid jelas menjadi tantangan bagi setiap pemain, apalagi pemain muda seperti Jovic. Karena itu penting bagi Jovic untuk mendapatkan mentor yang tepat sehingga bisa beradaptasi dan mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

“Jovic harus mampu menyelesaikan itu dan menemukan mentor yang tepat buatnya. Tuntutan di Real Madrid sangat tinggi dan dia harus siap dengan hal tersebut,” pungkasnya.

Presiden LaLiga, Javier Tebas, mengungkapkan harapannya agar Liga Spanyol bisa dilanjutkan mulai 12 Juni. Tebas mengatakan pertandingan-pertandingan lanjutan itu akan digelar tanpa penonton. Dengan demikian selama enam pekan tersisa, para penggemar tim-tim La Liga tidak bisa datang memberikan dukungan secara langsung.

“Kami tidak tahu (kapan kami bisa mulai), tidak ada yang tahu tanggalnya. Itu akan tergantung kenaikan angka dan semua aturan yang diikuti,” beber Tebas.

Tebas mengakui situasi saat ini belu sepenuhnya pulih. Wabah Corona atau Covid-19 belum benar-benar berakhir. Ia berharap dengan tetap mengikuti protokol dan aturan yang telah dikeluarkan situasi bisa segera berangsur pulih.

“Virusnya masih ada, tapi kalau bisa tanggal 12 Juni (mulai lagi), jauh lebih baik. Jika kita semua mengikuti aturan kesehatan, saya kira tidak akan ada masalah,” sambungnya.

Bek Madrid: Saya Tidak Ingin Pergi

Demikian pertanyaan yang menyeruak belakangan ini terkait masa depan Marcelo. Pemain andalan Real Madrid itu digosipkan akan meninggalkan klub tersebut. Pemain asal Brasil itu digadang-gadang akan hijrah ke Juventus untuk bereuni dengan mantan rekan setim, Cristiano Ronaldo.

Marcelo pun angkat bicara terkait gossip tersebut. Pemain berambut gimbal itu mengatakan kabar tersebut hanya isapan jempol belaka. Ia tidak tertarik untuk meninggalkan Madrid. Ia menegaskan dirinya masih senang berseragam Los Blancos dan belum berpikir untuk pergi.

“Saya tidak ingin pergi dan saya pikir Real Madrid tidak akan menjual saya,” beber Marcelo.

Lebih lanjut Marcelo mengatakan saat ini dirinya masih menikmati waktu-waktu bersama Madrid. Sejak awal kedatangannya hingga kini ia masih berasa nyaman dan tidak pernah terpikirkan untuk hijrah ke klub lain.

“Saya telah menjalani semuai ini dengan sangat sejak pertama kali tiba di Madrid. Saya melakukan itu dalam waktu yang lama dan itu luar biasa,” sambungnya.

Terkait kabar yang mengaitkannya dengan Juventus, Marcelo mengatakan dirinya tak tahu apa-apa. “Saya rasa itu hal yang baik jika tim lain tertarik pada saya. Namun saya tidak tahu apa-apa soal Juventus.”

Meski begitu Marcelo membuka kisah masa lalu. Ia mengatakan dirinya nyaris berseragam Juventus dua tahun lalu. Bahkan saat itu ia nyaris menandatangani kontrak dengan Nyonya Tua. Ia mengatakan saat itu dirinya sangat terikat dengan Cristiano Ronaldo yang memilih meninggalkan Santiago Bernabeu untuk bergabung dengan raksasa Serie A Italia itu.

“Dua tahun lalu sebenarnuya saya sudah siap menandatangani kontrak dengan mereka (Juventus), dan mengenakan seragam mereka karena saya tidak bisa hidup tanpa Cristiano Ronaldo. Orang-orang membuat banyak membuat gosip soal ini,” sambungnya.

Marcelo masih terikat kontrak dengan Los Merengues. Ia baru bisa meninggalkan Madrid setelah kontraknya berakhir pada 2022 mendatang.

Saat ini semua kompetisi sepakbola di Eropa sedang terhenti. Bahkan beberapa dari antaranya sudah dinyatakan berakhir karena wabah Corona yang tak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Eredivisie Belanda dan Ligue 1 Prancis sudah dinyatakan selesai.

Ligue 1 Prancis sudah dinyatakan berakhir. Sementara itu Paris Saint-Germain (PSG) dinobatkan sebagai juara kompetisi sepak bola paling bergengsi di Prancis itu.

Sebelum kompetisi dihentikan, PSG berstatus pemuncak klasemen dengan keunggulan 12 poin dari Marseille di urutan kedua. Musim ini masih menyisahkan 10 pertandingan dan PSG masih harus memainkan 11 laga. Namun demikian situasi yang tak memungkinkan membuat otoritas setempat memutuskan untuk mengakhiri musim ini lebih awal.

Eks Pemain Arsenal Ini Sebut Nyaris Gabung Man United

Saat ini sepak terjang Arsenal sedang mendapat sorotan. Dalam beberapa musim terakhir klub berjuluk The Gunners itu belum juga mampu meraih trofi bergengsi. Banyak komentar dan spekulasi terkait situasi dalam klub tersebut mengemuka.

Salah satunya datang dari mantan pemain Arsenal, Tony Adams. Bek legendaris ini mengatakan tim tersebut sejatinya tidak lagi memiliki ambisi untuk meraih sukses di Liga Primer Inggris. Hingga kini Arsenal belum terlihat memiliki tim yang tangguh seperti era-era kejayaan sebelumnya.

“Orang-orang heboh soal Class of ’92 (Manchester United), di Class of ’83 kami dulu, kami punya enam pemain internasional di tim muda kami: Niall Quinn, Paul Merson, Michael Thomas, Rocky (David Rocastle), saya, dan Martin (Keown),” beber Adams.

Lebih lanjut mantan pemain di era keemasan Arsenal itu mengatakan selain masanya memiliki banyak pemain bintang, saat itu manajemen sangat royal di setiap bursa transfer.

“Tapi itu masih ditambah lagi dengan (anggota dewan direksi) Danny Fiszman menggelontorkan banyak uang ke klub di tahun 95, 96 dan kami saat itu mendapatkan pemain-pemain kelas dunia di Arsenal Football Club,” sambungnya.

Ia mengatakan bahwa dulu dirinya pernah didekati Alex Ferguson yang saat itu menangani Manchester United. Namun saat itu ia mendapat suntikan semangat dari manajemen untuk tetap bertahan demi meraih ambisi gelar juara.

“Alex Ferguson dulu mendekati saya, tapi saya tak ingin pergi dan saya bilang ke Chairman ‘Apakah kita punya ambisi di klub ini?’ Dia bilang ‘Jangan khawatir, kami menyuntikkan banyak uang dan kita akan mengejar gelar juara’.”

Ia mengatakan keputusannya saat itu untuk bertahan akhirnya berbuah manis. Saat itu timnya menjadi salah satu tim terkuat di Inggris bahkan Eropa. Di dalamnya banyak pemain bintang.

“Saya bertahan dan sisanya adalah sejarah. Dennis (Bergkamp) datang, juga Nicolas Anelka, (Patrick) Vieira, Manu (Emmanuel Petit), Robert Pires. Kami punya lima juara dunia di tim,” bebernya.

Menurutnya situasi saat itu bertolak belakang dengan sekarang. Ia mengkritik kebijakan transfer dalam beberapa tahun terakhir. Ia mengatakan para pemain yang didatangkan di bursa transfer tersebut tidak bagus. Tak heran bila prestasi Arsenal tak kunjung datang.

“Itu sangat berbeda dengan klub saat ini dan saya rasa perekrutan di Arsenal selama beberapa tahun terakhir tidaklah bagus,” sambungnya.

Saat ini Liga Primer Inggris sedang ditangguhkan karena pandemi Corona atau Covid-19. Situasi ini membuat para pemain masih menanti kapan kompetisi akan bergulir lagi.

Aguero Sebut Bek Liverpool Ini Tidak Tampak Cepat, Tapi…

Tidak ada pemain depan Liga Primer Inggris yang tak mengetahui kepiawaian Virgil Van Dijk di lini belakang Liverpool. Tidak terkecuali Sergio Aguero. Pemain depan Manchester City itu pun memiliki kesan tersendiri terhadap pemain internasional Belanda itu.

Menurut Aguero, Van Dijk adalah pemain belakang yang tangguh. Postur tubuh yang tinggi dan badan yang kekar membuatnya susah untuk ditembus. Postur jangkung membuat daya jangkau kakinya cukup jauh.

“Dia itu kuat, tinggi, dan punya badan yang luar biasa. Dia sangat tangguh, dia bermain dengan badannya. Juga mengingat dia itu tinggi banget, dia punya kaki-kaki yang panjang,” beber Aguero.

Lebih lanjut Aguero mengatakan dengan kaki-kaki yang panjang, Van Dijk bisa menjangkau dan bersaing dengan para pemain lawan.

“Dia tidak tampak cepat, tapi dia cepat lho karena kaki-kaki panjangnya – dia bisa menjangkau manapun. Dua langkah dia itu sama dengan 50 langkah untukku,” lanjutnya.

Tidak hanya unggul secara fisik, Aguero juga menyebut pemain tersebut memiliki kecerdikan saat bertahan. Tidak hanya itu mentalnya pun sudah teruji dengan tak merasa gugup saat mengawal lini pertahanan. Hal ini membuat para pemain depan lawan begitu kewalahan.

“Apa yang kusuka dari dia itu dia sangat cerdik saat bertahan. Dia tidak gugup saat mengawal, dia sangat berhati-hati dan sabar. Itu yang bikin sulit para striker.”

Bagaimana pengalamannya saat berhadapan dengan Van Dijk di lapangan pertandingan? Aguero mengatakan dirinya memiliki kecepatan dan suka untuk menggiring bola. Namun Van Dijk memiliki cara untuk mendapatkan bantuan tambahan dari rekan setim.

“Sedangkan aku, aku kan cukup kencang dan aku suka menggiring bola jadi aku perlu bek agar mendatangiku. Tapi kalau dia menahan, dia bisa menunggu bantuan dari bek lainnya. Dia sangat bagus dalam hal ini,” pungkasnya.

Ternyata di balik performa gemilangnya itu, Aguero pernah mengalami situasi tak nyaman. Sepanjang tahun 2013 hingga 2016 ia kerap mengalami pusing saat bertanding. Selain itu berat badannya saat itu pun meningkat.

Ternyata hal ini disebabkan karena pola makannya. Ia secara teratur mengkonsumsi daging panggang. Setelah berkonsultasi dengan salah satu dokter di Italia, ia pun perlahan-lahan bisa mengontrol kecenderungan tersebut.

Perlahan-lahan ia pun mengubah pola makannya. Ia mulai lebih sering memakan nasi dan ayam. Ternyata hal ini efektif untuk berat badan dan performanya di lapangan pertandingan.

“Kurasa saat itu dari 2013 sampai 2016 aku tidak bisa beradaptasi dengan makanan. Dari situ aku bertemu dengan seorang dokter Italia secara online, dan dia sedikit mengubah pemikiranku,” beber Aguero.

Lampard: Kami Masih Butuh Kante

Sepak terjang N’Golo Kante sepanjang musim ini tidaklah maksimal. Gelandang Chelsea itu harus menjalani perawatan karena cedera yang dialami. Situasi ini tidak hanya mempengaruhi keseimbangan tim, tetapi juga cukup mengguncang sang pemain.

Sosok yang ikut andil membawa Prancis menjadi juara dunia pada 2018 lalu harus berkutat dengan cedera otot adductor sejak awal musim. Cedera ini ternyata sangat mempengaruhi performanya di lapangan pertandingan.

Hal ini yang diyakini oleh pelatih Chelsea, Frank Lampard. Cedera Kante benar-benar membuatnya kesulitan. Ia pun tahu bagaimana situasi yang dialami pemain tersebut.

“Kami punya empat sampai lima pemain yang cedera musim ini dan salah satunya adalah N’Golo Kante. Dia hanya bermain sekitar 40 persen dan cedera tersebut sungguh menyulitkan dirinya. Saya bisa merasakan bagaimana situasinya,” beber Lampard.

Lebih lanjut pelatih asal Inggris itu mengatakan meski belum berkontribusi maksimal di musim ini, pihak klub tetap membutuhkan Kante. Ia pun menepis berbagai spekulasi terkait masa depan pemain tersebut di Stamford Bridge.  Ada sejumlah klub raksasa La Liga seperti Barcelona dan Real Madrid yang ingin mendapatkan tanda tangannya.

“Kami masih membutuhkan N’Golo Kante, dia adalah salah satu pemain terbaik di dunia. Saya tahu itu sebelum jadi manajer di sini,” beber Lampard.

Mantan pemain tim nasional Inggris itu mengatakan pemain tersebut diyakini bisa pulih kembali. Tidak hanya itu Lampard yakin cepat atau lambat Kante akan kembali mendapatkan permainan terbaiknya.

“Kami berharap dia bisa segera sembuh dan kembali ke permainan terbaiknya,” tegasnya.

Lampard mengatakan kontribusi Kante bagi klub tak bisa diremehkan. Sepanjang lima musim terakhir sepak terjangnya di lapangan hijau sungguh memukai. Berbagai gelar diperoleh baik secara individu maupun tim, baik di level klub maupun tim nasional Prancis.

“Dia adalah pemain yang luar biasa dalam lima musim terakhir dan memiliki trofi serta gelar individu. Kami berharap dia bisa segera pulih dari cedera dan kembali ke permainan terbaiknya,” pungkasnya.

Chelsea tentu tidak ingin menjual pemain penting itu. Meski belum mendapatkan kembali performa terbaik, Kante tetaplah salah satu gelandang terbaik di dunia saat ini. Pembawaannya yang tenang dan pekerja keras menjadi nilai lebih dari pemain tersebut.

Saat ini Liga Primer Inggris sedang ditangguhkan. Klub-klub peserta tentu tengah menanti nasib kompetisi tersebut apakah akan berlanjut atau terhenti. Saat ini wabah Corona atau Covid-19 masih menjadi perhatian dunia.

Willian Ogah Gabung Arsenal

Saat ini berkembang spekulasi terkait masa depan Willian bersama Chelsea. Pemain itu dikabarkan tidak akan memperpanjang kontrak bersama The Blues. Dengan kata lain setelah kontrak berakhir pemain internasional Brasil itu akan memilih hengkang.

Salah satu klub yang dikaitkan dengan pemain berambut gimbal tersebut adalah Arsenal. Namun demikian Willian dikabarkan tidak tertarik bergabung dengan skuad Meriam London. Hal ini diungkapkan oleh mantan pemain Arsenal, Martin Keown.

Menurut Keown, Willian sejatinya adalah pemain bertalenta. Chelsea bakal mengalami kehilangan besar bila sampai pemain itu pergi. Namun Arsenal bukanlah klub yang bakal dipilih pemain tersebut.

“Dia adalah talenta yang hebat, Lampard akan menyesal jika kehilangannya.Tapi sepertinya, Willian kayaknya nggak mau ke Arsenal,” beber Keown.

Lebih lanjut Keown memprediksi Willian akan memilih bermain di liga lain. Pemain yang sudah ikut mengantar Chelsea meraih dua trofi Liga Primer Inggris itu akan memilih La Liga sebagai pelabuhan baru. Real Madrid dan Barcelona adalah dua klub yang mungkin akan menjadi tempat Willian melanjutkan kariernya.

“Sepertinya dia akan ke Real Madrid atau ke Barcelona untuk mendapatkan pengalaman berbeda,” tegas Keown.

Saat ini kompetisi Liga Primer Inggris sedang dihentikan. Belum diketahui kapan akan berlanjut lagi. Ada spekulasi bahwa kompetisi tersebut akan dihentikan sama seperti Eredivisie Belanda dan Ligue 1 Prancis. Kedua kompetisi itu sudah dinyatakan berakhir meski masih menyisahkan sejumlah pertandingan.

Chairman FA Greg Clarke mengatakan peluang untuk melanjutkan kompetisi terbuka lebar. Hanya saja tidak bisa memberikan kesempatan kepada para penonton untuk datang ke stadion. Menurutnya situasi seperti ini menjadi pilihan yang pas di tengah kecemasan akan wabah Corona atau Covid-19 yang belum benar-benar berakhir.

Tidak sampai di situ, menaati berbagai kebijakan dan protokol wajib dilakukan. Salah satunya adalah menjaga jarak fisik untuk menghindari penyebaran wabah tersebut.

“Realitanya adalah, kita benar-benar tidak tahu bagaimana segala sesuatunya akan berjalan. Tapi dengan aturan jaga jarak diberlakukan untuk beberapa saat mendatang, kita memang menghadapi perubahan-perubahan substansial di seluruh ekosistem sepakbola,” beber Clarke.

Untuk itu Clarke mengatakan sulit untuk memastikan pertandingan demi pertandingan berjalan secara tertib dan terhindar dari kerumunan. Apalagi suporter Liga Inggris dikenal fanatic dengan tim pujaannya.

“Misalnya, sulit untuk meramalkan kerumunan suporter, yang menjadi sumber kehidupan permainan ini, kembali ke pertandingan-pertandingan dalam waktu dekat,” sambungnya.

Legenda Inter Sebut Lautaro Punya Kapasitas Main Bareng Messi

Saat ini Lautaro Martinez santer dikaitkan dengan Barcelona. Berbagai spekulasi pun berkembang, mulai dari peluang Inter Milan melepas pemain tersebut, kesanggupan Barcelona merogoh kocek untuk mendatangkan sang pemain, hingga kecocokannya dengan para bintang Barcelona seperti Lionel Messi.

Menurut mantan pemain Inter Milan, Diego Milita, Lautaro Martinez memiliki kualitas yang memungkinannya bisa bermain bareng dengan Lionel Messi. Tidak hanya itu kapasitas yang dimiliki pemain tersebut membuatnya bisa bertandem dengan Messi di lini depan Barcelona.

Milito merupakan salah satu pemain legendaris Inter Milan dan tim nasional Argentina. Tentu ia tahu bagaimana karakter Lautaro baik di level klub maupun tim nasional. Bersama Messi, Lautaro pun pernah bermain bersama di tim nasional Argentina.

“Dia saat ini di Inter karena dia pemain hebat. Dia betah di Nerazzurri, tetapi tentu saja dia dalam kondisi yang luar biasa untuk Barcelona dan bermain dengan Messi,” beber Milito.

Meski performa Lautaro sedang bagus bersama Internazionale Milan, Milito yakin dengan kualitas yang dimiliki ia akan bisa beradaptasi dengan baik di klub baru, termasuk Barcelona. Walau demikian Milito tak bisa memprediksi secara pasti kelanjutan dari spekulasi tersebut, entah Lautaro akan tetap di Inter atau bakal bergabung dengan Barcelona.

“Dia adalah pemain yang sangat lengkap. Yang jelas, saya tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Saya mendengar ada banyak gosip tentangnya,” tegasnya.

Meski begitu ada anggapan Lautaro tidak akan begitu mudah beradaptasi dengan Barcelona, termasuk pula menyatu dengan para pemain bintang Barcelona seperti Lionel Messi dan Luis Suarez. Tidak mudah bagi seorang pemain untuk bisa tampil menyatu dengan nama-nama besar di atas.

Anggapan ini dilontarkan oleh mantan pemain Barcelona, Javier Saviola. Saviola yang juga asal Argentina mengatakan sejatinya Lautaro akan sangt berguna bagi Barcelona. Hanya saja untuk bisa menyatu dengan para pemain bintang lainnya bukan perkara mudah.

“Sejujurnya, sebagai pemain Lautaro akan sangat berguna bagi Barcelona. Tapi kita semua tahu apa artinya berada bersama Suarez, Messi, dan bintang-bintang lainnya. Maksud saya, tak mudah main bersama mereka,” beber Saviola.

Lebih lanjut Saviola mengambil contoh Paulo Dybala. Pemain muda timnas Argentina itu tidak mudah tampil bersama Messi di tim nasional Argentina. Menurutnya untuk bisa menyatu dengan Messi seorang tandem harus bisa menjaga konsentrasi agar bisa menjaga ritme permainan yang sama dengan Messi.

“Dia (Dybala) bilang bahwa sulit bermain bersama Messi dan saya setuju dengan perkataannya. Mempertahankan ritme permainan yang sama dengannya (Messi) memerlukan konsentrasi tinggi. Terdengar mudah, tapi pada praktiknya tidak,” sambungnya.

La Liga Berpeluang Bergulir Lagi pada Juni

Kompetisi sepak bola di Eropa sedang terhenti. Tidak terkecuali di Spanyol. Saat ini kompetisi tertinggi di sepak bola Spanyol, La Liga sedang ditinjau untuk menentukan nasibnya, apakah dihentikan atau dilanjutkan lagi.

Beredar kabar La Liga akan kembali bergulir dalam waktu dekat. Bulan Juni diprediksi akan menjadi waktu yang pas untuk menggulirkan kembali roda kompetisi tersebut. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh operator liga.

Meski begitu tim-tim peserta dan para pemain harus menjalani serangkaian prosedur mulai dari tes medis hingga latihan yang mulai dibuka secara bertahan. Dalam perjalanan waktu menuju bergulirnya kembali La Liga akan melewati berbagai fase persiapan.

“Langkah ini mencakup periode yang berlangsung sekitar empat pekan dengan fase-fase berbeda, yang bagaimanapun, akan bergantung pada proses de-eskalasi yang diterapkan oleh pemerintah,” beber pihak La Liga.

Lebih lanjut pihak La Liga akan terus berkomunikasi dengan setiap klub untuk menjalankan berbagai kebijakan sesuai dengan fase-fase yang telah ditentukan. Mula-mula para pemain menjalani latihan mandiri berlanjut dengan latihan bersama, sebelum kompetisi dimulai.

“Bersama dengan tes-tes medis yang dilaksanakan oleh klub-klub, sebuah pengaturan waktu kembali ke latihan telah diterapkan yang akan dimulai dengan para pemain berlatih sendiri dan dengan aktivitas kelompok sebelum kembalinya kompetisi, yang dijadwalkan pada Juni,” sambung pihak La Liga.

Tidak hanya La Liga, Serie A Italia juga tengah terhenti. Menteri Olahraga Italia, Vincenzo Spadafora, ragu dengan masa depan kompetisi tersebut di musim ini. Spadafora memprediksi nasib Serie A tidak akan berbeda dengan Ligue 1 Prancis yang sudah dihentikan.

Ia mengatakan saat ini masih berlangsung negosiasi dengan berbagai pihak terkait kelanjutan kompetisi. Dari pihak Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), diajukan protokol medis sebagai jaminan untuk melanjutkan kompetisi. Namun ternyata protokol tersebut belum cukup.

“Negosiasi sedang berlangsung antara komite ilmuwan dan FIGC, yang menyajikan protokol medis yang dipertimbangkan masih belum cukup,” beber Spadafora.

Lebih lanjut ia mengatakan saat ini sejumlah klub Serie A sudah mulai diperbolehkan untuk menggelar latihan, meski masih terbatas. Namun demikian Spadafora menilai hal tersebut belum bisa menjadi indikasi bahwa Serie A akan berlanjut lagi. Ia justru melihat situasi yang ada sekarang tidak memungkinkan untuk melanjutkan kompetisi.

Sassuolo menjadi klub Serie A pertama yang mulai berlatih. Namun demikian latihan tersebut masih dilakukan secara individu dan dibuat dengan mengikuti prosedur yang ketat. Durasi hingga lapangan diatur sedemikian rupa untuk menghindari kontak fisik di antara para pemain.

Sassuolo, Klub Serie A Pertama yang Kembali Berlatih

Saat ini masa depan Serie A masih menggantung. Belum diketahui secara pasti kompetisi tersebut akan berlanjut lagi atau terhenti. Meski begitu sejumlah klub Serie A membangkitkan harapan dengan memulai latihan.

Sassuolo menjadi klub Serie A pertama yang mulai berlatih pada Senin, 4 Mei 2020. Keputusan ini tentu cukup berani mengingat Italia belum benar-benar pulih dari wabah Corona atau Covid-19.

Meski begitu pihak klub sudah mempersiapkan segala sesuatu dan memastikan menjalani latihan itu sesuai standar dan protokol yang ada. Hanya lapangan latihan yang dibuka sementara berbagai fasilitas lainnya tetap ditutup.

“U.S. Sassuolo Calcio mengumumkan bahwa mulai Senin 4 Mei, akan mengizinkan para pemain menggunakan lapangan Mapei Football Center untuk sesi latihan individu opsional,” beber pihak klub.

Lebih lanjut dikatakan para pemain diharuskan untuk menjaga jarak dan tidak akan dibukakan akses untuk fasiltias di dalam ruangan.

“Para pemain cuma akan diperbolehkan mengakses lapangan-lapangan, dengan mematuhi aturan jaga jarak sosial, sementara akses ke fasilitas dalam ruangan akan dilarang.”

Tidak hanya itu, terkait latihan, para pemain akan dibagi ke dalam tiga lapangan. Masing-masing lapangan pun sudah dibagi kepada masing-masing pemain yang akan menjalani latihan individu selama

“Sesi-sesi individual, yang akan berlangsung pada pagi hari, dari Senin hingga Jumat, dengan memakai tiga lapangan dan enam pemain per jamnya (satu pemain untuk setiap setengah lapangan) tidak akan dihadiri staf teknis, sementara pengawasan medis darurat akan tersedia.”

Selain itu berbagai akses akan ditutup secara khusus untuk pihak-pihak yang tidak terkait dengan latihan yakni akses menuju parkir mobil di luar pintu masuk.

“Akses ke Mapei Football Center dan parkir mobil di luar pintu masuk akan tetap dilarang untuk siapapun yang tidak termasuk dalam subyek-subyek tersebut di atas,” tegas pihak klub.

Sassuolo dan klub-klub Serie A lainnya tentu berharap kompetisi musim ini berlanjut lagi. Termasuk Juventus. Sebagaimana dikatakan sang presiden, Andrea Agnelli, pihaknya tidak akan mendapat gelar Scudetto secara cuma-cuma. Ia justru berharap kompetisi bisa berlanjut sehingga penentuan gelar juara bisa dilakukan secara adil.

“Anda semua tahu bahwa saya tidak terlalu banyak berpendapat di media dan lebih suka diam. Itu mungkin memicu interpretasi yang salah tentang bagaimana keinginan Juventus sebenarnya,” beber Agneli.

Lebih lanjut ia mengatakan pihaknya tidak ingin agar kompetisi musim ini berakhir lebih cepat. Ia justru mendesak agar Serie A bisa berlanjut lagi.

Pelatih AS Roma: Tiap Pertandingan Sangat Menguras Tenaga

Pelatih AS Roma, Paulo Fonseca angkat bicara terkait persaingan di Serie A Italia. Menurut pria asal Portugal itu kompetisi Serie A sangat ketat, persaingan di antara tim begitu tinggi.

Hal ini menuntut kerja keras dari setiap pemain dan pelatih. Fonseca yang mendapat kepercayaan untuk mengembalikan kejayaan Serigala Roma mendapat tantangan berat. Pria yang pernah melatih klub Portugal itu mengakui tanggung jawab untuk membangun tim baru sangat berat.

“Tantangan terbesarnya adalah membangun tim baru. Sebelumnya, saya akan selalu fokus ke tim saya dan membiarkan tim-tim lain khawatir soal kami. Saya menyadari tak bisa melakukan itu di sini,” beber Fonseca.

Lebih lanjut Fonseca mengatakan dirinya harus mendapatkan keseimbangan antara prinsip dan kenyataan. Ia juga harus mempertimbangkan faktor-faktor lain di luar klub.

“Saya harus menemukan keseimbangan antara prinsip-prinsip saya dan realita atas apa yang dibutuhkan untuk bermain di Serie A. Di sini, Anda harus memikirkan bagaimana lawan bermain,” sambungnya.

Ia mengatakan kualitas kepelatihan dari setiap kontestan di Serie A sangat tinggi. Hal ini membuatnya tidak bisa tidak selalu menaruh perhatian pada klub lain. Ia pun ditutut untuk selalu menyesuaikan diri dengan lawan.

“Kualitas dari kepelatihan dan taktik masing-masing lawan itu sangat tinggi, Anda tak bisa cuma fokus ke diri sendiri. Anda harus secara kontinyu menyesuaikan diri terhadap lawan. Itu mengejutkan buat saya.”

Terkait pertandingan demi pertandingan yang dijalani, Fonseca mengatakan laga-laga tersebut sangat menguras tenaga dan pikiran. Ia mengatakan setiap pertandingan memiliki tantangan masing-masing. Hal ini membuatnya tidak bisa tenang, apalagi bersikap santai.

“Setiap pertandingan itu sangat menguras tenaga dan pikiran, sebuah tantangan nyata secara taktik. Setiap laga punya kisahnya masing-masing, Anda tak pernah bisa santai. Kami tak pernah tahu apa yang akan terjadi dengan tim lain. Anda bersiap, tapi sulit untuk tahu persis bagaimana mereka akan bermain,” sambungnya.

Apa yang dialami Fonseca ini membenarkan pernyataan pelatih asal Portugal lainnya yakni Jose Mourinho. Sosok yang kini menjadi pelatih Tottenham Hotspur itu pernah mengatakan betapa sulit menjadi pelatih di Serie A.

“Dia benar. Dan yang berbeda juga adalah setiap timnya ingin memainkan bola, tidak ada yang cuma berpikir soal bertahan, meski mereka semua tahu bagaimana caranya bertahan,” pungkasnya.

Saat ini kompetisi Serie A sedang ditangguhkan. Belum diketahui kapan kompetisi itu akan berlanjut, atau sebaliknya, belum ada keputusan resmi bahwa kompetisi tersebut akan berakhir.