Italia Lewati Puncak Pandemi Corona, Pemain Serie A Diprediksi Kembali Berlatih Bulan Depan

Saat ini Italia dikabarkan telah melewati puncak pandemi Corona atau Covid-19. Tentu ini menjadi kabar gembira bagi warga Italia. Tidak terkecuali bagi penggemar kometisi sepak bola Serie A.

Para pemain Serie a dikabarkan akan segera berlatih. Diperkirakan para pemain tersebut bisa berlatih lagi pada awal bulan depan.

Saat ini warga Italia masih mengalami karantina wilayah. Sebagaimana ketentuan sebelumnya, karantina itu akan berlangsung hingga 3 Mei 2020 nanti. Setelah masa karantina berakhir, para pemain Serie A diharapkan perlahan-lahan mulai berlatih.

Hal ini sebagaimana disampaikan Menteri Olahraga Italia, Vincenzo Spadafora. Namun demikian sang menteri mengatakan hal ini ditentukan oleh perkembangan status kesehatan masyarakat dalam beberapa waktu ke depan.

“Beberapa minggu ke depan akan sangat penting untuk memahami evolusi situasi perawatan kesehatan, dan bagaimana, jika, dan kapan kami bisa kembali bermain olahraga di semua level,” beber Spadafor.

Lebih lanjut sang menteri mengatakan ia berharap latihan para pemain Serie A bisa terjadi tak lama setelah masa karantina berakhir. Ia mengharapkan jadwal tersebut tidak berubah dan tetap menjadi patokan bagi para pemain untuk mulai bersiap menjalani latihan, termasuk bila itu hanya terjadi secara tertutup.

“Kami berharap mengonfirmasi tanggal 4 Mei untuk kembali ke pelatihan sesegera mungkin. Saya berharap kami bisa tetap berpatokan pada tanggal itu, bahkan jika hanya untuk pelatihan di balik ruangan tertutup,” sambungnya.

Meski masa karantina wilayah semakin mendekati kesudahan, sang menteri mengatakan saat ini masyarakat Italia masih tetap waspada dan tetap mematuhi protocol yang ada. Kesehatan dan keselamatan masyarakat tetap menjadi prioritas.

“Pada saat ini, satu-satunya perhatian kami adalah kesehatan dan keselamatan masyarakat umum,” pungkasnya.

Italia merupakan salah satu negara yang paling terdampak wabah corona atau Covid-19. Jumlah penderita dan korban meninggal di negara tersebut menginjak angka ribuan. Situasi ini sampai-sampai membuat bek Inter Milan, Diego Godin angkat bicara.

Pemain asal Uruguay itu mengaku kesal dengan lambannya pemerintah menangani wabah tersebut. Selain karena kelalaian masyarakat yang meremehkan wabah tersebut, ia juga menyesali lambannya pemerintah menangani wabah tersebut.

“Itu bukan masalah besar pada awalnya. Semua orang mengira itu masalah di Cina dan tidak akan menyebar ke negara lain,” beber Godin.

Lebih lanjut mantan bek Atletico Madrid itu mengatakan langkah-langkah yang ditempuh pemerintah Italia sangat lambat. Ia menyayangkan hal tersebut.

Terry Kenang Ancaman Mourinho Saat di Chelsea

Jose Mourinho merupakan salah satu pelatih hebat. Sosok tangan dingin ini sudah membuktikan diri dengan raihan berbagai gelar dengan sejumlah klub top Eropa. Salah satunya adalah Chelsea. Ternyata di balik banyak prestasi itu tersimpan sejumlah cerita terkait karakter mantan pelatih Real Madrid dan Manchester United itu.

Salah satunya seperti diceritakan oleh Jhon Terry.  Mantan kapten Chelsea itu mengatakan Mourinho pernah memarahinya bersama Gary Cahill pada suatu kesempatan latihan.

“Kami baru saja memenangi liga, dan baru memulai pramusim. Hari pertama, saya dan Gary Cahill beberapa kali kehilangan bola,” kenang Terry.

Lebih lanjut Terry mengatakan Mourinho kemudian tidak segan menghentikan sesi latihan. Tak segan pelatih tersebut kemudian menumpahkan kekecewaannya.

“Dia (Mourinho) lalu menghentikan sesi latihan. Asal kamu tahu, musim sebelumnya kami baru mendatangkan Cesc Fabregas, Diego Costa, dan beberapa pemain lainnya,” sambungnya.

Terry pun mengatakan Mourinho begitu marah dengan mereka berdua dan mengancam akan menggantikan tempat mereka dengan pemain baru.

“Kemudian dia berkata, ‘Hei kalian berdua, saya akan meminta klub 100 juta Paun untuk membeli dua bek baru jika kalian terus kehilangan bola’. Kami pun melihat satu sama lain dan berpikir, ‘Oh wow’,” kisahnya lagi.

Ternyata pengalaman ini memberikan banyak pesan kepadanya. Pengalaman itu kemudian terus diingatnya karena mengandung pesan mendalam. Saat itu, ia dan Cahill pun langsung terbakar semangatnya setelah mendapat omelan dari Mourinho.

“Jadi saya dan Gaz (Cahill), di hari pertama pramusim, langsung ‘menghabisi’ semua orang dalam latihan. Tempo latihan langsung naik, semua orang saling menjegal satu sama lain,” sambungnya.

Ternyata sikap tegas Mourinho saat itu memiliki alasan tersendiri. Hal ini sebagaimana diceritakan Terry lebih lanjut saat usai pertandingan sang pelatih mendatangi mereka dan memberikan nasihan lanjutan.

“Usai latihan, dia datang dan merangkul kami berdua, lalu bilang, ‘itulah sebabnya kalian berdua akan menjadi starter musim ini’. Dia benar-benar paham dengan pekerjaannya, berpikir empat langkah di bandingkan yang lainnya,” ungkapnya lagi.

Patut diakui Mourinho merupakan salah satu pelatih tersukses dalam sejarah Chelsea. Bersamanya klub bermarkas di Stamfrd Bridge itu sudah meraih banyak gelar bergengsi di antaranya tiga gelar Liga Primer Inggris, tiga gelar Piala Liga Inggris dan satu gelar Piala FA. Gelar-gelar tersebut diraihnya dalam kurun waktu 2004 hingga 2007 lalu 2013 hingga 2015.

Terry Senang Chelsea Andalkan Para Pemain Muda

Saat ini skuad Chelsea banyak diisi pemain muda. Tim besutan pelatih Frank Lampard ini banyak memberikan kesempatan kepada para pemain muda. Ternyata hal ini mendapat respon positif dari banyak pihak. Salah satunya datang dari mantan pemain Chelsea, John Terry.

Sosok yang pernah menjadi pemain sekaligus kapten The Blues itu mengatakan bahkan situasi yang terjadi di Chelsea saat ini sangat bagus. Pemain jebolan akademi Chelsea itu pun tak lupa memberikan pesan kepada para pemain muda agar memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. Untuk bisa berkembang dan mendapat tempat utama mereka harus menyiapkan diri terutama soal mental.

“Pesan saya ke pemain muda Chelsea adalah siapkan mental. Ketika ada waktu untuk menunjukkan kemampuan, maka lakukanlah yang terbaik,” beber Terry.

Lebih lanjut mantan pemain timnas Inggris itu mengatakan soal mental adalah hal yang penting. Seorang pemain boleh saja memiliki kualitas individu dan skill mumpuni tetapi bila tidak diimbangi dengan mental yang kuat maka akan menjadi sia-sia. Tentang ini Terry memiliki contoh nyata.

“Dulu ada namanya Rob Wolleaston, pemain muda Chelsea dan rekan saya. Saat di latihan dia tampil bagus dan saya tahu kualitasnya. Namun saat manajer hendak memainkannya dari menit awal, dia malah jatuh sakit dan tidak bisa bertanding,” sambungnya.

Menurut Terry saat ini menjadi kesempatan emas bagi para pemain muda. Di tangan Lampard kesempatan itu terbuka lebar. Untuk itu ia meminta para pemain muda agar jangan membung kesempatan tersebut.

“Siapkan mental dan jangan sia-siakan kesempatan. Apalagi kini Frank Lampard (manajer Chelsea) begitu mempercayakan kepada anak-anak muda, maka kini saatnya untuk membuktikan diri,” tegasnya lagi.

Terry merupakan salah satu pemain kunci Chelsea pada masanya. Ia bahkan ikut andil menghadirkan sejumlah gelar kepada tim tersebut, di antaranya pada masa kepelatihan Jose Mourinho. Ia pun memiliki pengalaman tersendiri dengan manajer asal Portugal itu.

“Kami baru saja memenangi liga, dan baru memulai pramusim. Hari pertama, saya dan Gary Cahill beberapa kali kehilangan bola,” kenang Terry.

“Dia (Mourinho) lalu menghentikan sesi latihan. Asal kamu tahu, musim sebelumnya kami baru mendatangkan Cesc Fabregas, Diego Costa, dan beberapa pemain lainnya,” sambungnya.

Terry pun mengatakan Mourinho begitu marah dengan mereka berdua dan mengancam akan menggantikan tempat mereka dengan pemain baru.

“Kemudian dia berkata, ‘Hei kalian berdua, saya akan meminta klub 100 juta Paun untuk membeli dua bek baru jika kalian terus kehilangan bola’. Kami pun melihat satu sama lain dan berpikir, ‘Oh wow’,” tegasnya.

Umuh Muchtar Bersedia Jadi Sekjen PSSI, Tapi Bukan Karena Faktor Ini

Siapa sosok yang tepat untuk menggantikan Ratu Tisha sebagai Sekjen PSSI? Demikian pertanyaan yang mengemuka menyusul mundurnya Ratu Tisha dari jabatan tersebut.

Sejumlah nama pun berhembus untuk mengisi posisi tersebut. Salah satunya adalah Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat, Umuh Muchtar.

Tidak hanya mencuat sebagai salah satu kandidat, Umuh pun tegas mengatakan siap bersaing untuk menjadi Sekjen PSSi. Ia mengatakan dirinya siap bila dipercaya dan siap bersaing untuk menjalani semua seleksi.

“Saya siap saja, biar saja. Tapi semua transparan. Saya terus terang tidak akan berat ke mana saja,” beber Umuh.

Lebih lanjut ia menepis anggapan bahwa keinginannya untuk mengisi posisi tersebut karena memiliki kedekatan dengan ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan. Ia mengatakan dirinya sangat menjunjung profesionalisme.

“Nanti, ada anggapan ‘oh pantes Wa Umuh dekat dengan ini’ ya tidaklah. Saya Persib, tapi kalau bicara profesional hal yang diutamakan. Ini supaya saya tidak jadi bulan-bulanan orang juga,” bebernya.

Sebelumnya Ratu Tisha memilih mundur dari jabatan Sekretaris Jenderal PSSI pada Senin, 13 April 2020. Melalui surat yang dikirimkan kepada PSSI, Tisha tak membeberkan alasan jelas terkait keputusan tersebut.

Pengunduran diri Tisha pun menuai banyak komentar. Ketua Umum PSSI mengatakan dirinya menghargai keputusan Tisha. Ia pun mengucapkan terima kasih mewakili PSSI kepada Tisha atas pengabdiannya selama ini.

“Saya menghargai keputusan dari saudari Ratu Tisha. PSSI mengucapkan terima kasih kepada Ratu Tisha atas pengabdiannya sebagai Sekjen,” beber Iwan Bule.

Kabar mundurnya Tisha sebenarnya sudah berhembus sebelumnya. Ternyata desas-desus tersebut menjadi nyata.

Dalam keterangannya setelah pengunduran diri itu, Tisha mengatakan dirinya sudah ikut melakukan sejumlah hal untuk sepak bola Indonesia.

“Bersama-sama kita telah memeriahkan kursus kepelatihan dan perwasitan di berbagai provinsi, memutar rantai Amatir dan Elit Usia Muda, membangun kerjasama dengan federasi kelas dunia,” ungkap Tisha memberi contoh.

Selain itu ia juga menyebut keterpilihan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 sebagai salah satu bagian dari kontribusinya.

“Lalu menghidupkan lini usaha kreatif, mengibarkan kembali sepakbola putri, dan puncaknya adalah terpilihnya Indonesia sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20,” sambungnya.

Ia mengatakan bahwa kecintaannya pada dunia sepak bola tak akan memudar.

“Hati saya, kalau dibelah, isinya hanya sepakbola. I have loved you for a thousand years, and I will love you for a thousand more. Because we love football,” pungkasnya.

Nasib Kompetisi Eropa Ditentukan Pekan Ini

Apakan Liga Champions dan Liga Europa musim ini bakal berlanjut lagi? Atau sebaliknya, kompetisi-kompetisi itu akan dihentikan?

Publik masih bertanya-tanya terkait kelanjutan dua kompetisi bergengsi di benua biru itu. Pihak Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) pun belum mengambil keputusan.

Pihak UEFA mengklaim baru akan mengambil keputusan terkait nasib dua kompetisi itu saat rapat pada akhir April ini. Rapat ini akan diikuti oleh 55 anggota UEFA dan dilakukan secara online.

“Komite Eksekutif UEFA akan bertemu via konferensi video pada Kamis 23 April mendatang untuk menggelar rapat pembaruan membahas perkembangan terkini terkait dampak yang dipicu oleh wabah virus Corona di sepakbola Eropa,” ungkap pihak UEFA.

Lebih lanjut UEFA mengatakan pertemuan itu memiliki sejumlah agenda. Tidak hanya membahas nasib kompetisi Eropa tetapi juga kompetisi domestik di negara-negara Eropa.

“Pertemuan ini akan meninjau perkembangan baik di kompetisi domestik dan Eropa. Komunikasi lebih jauh akan disampaikan, jika diperlukan, menyusul pertemuan Komite Eksekutif UEFA,” lanjut UEFA.

Sebelumnya berhembus rumor yang menyebutkan UEFA  telah mengeluarkan keputusan terkait tenggat waktu pelaksanaan kedua kompetisi itu yakni hingga 3 Agustus 2020.

Namun demikian kabar ini lantas dibantah oleh otoritas tertinggi di sepak bola Eropa itu. “Telah dilaporkan bahwa Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, mengatakan kepada ZDF di Jerman bahwa Liga Champions UEFA harus selesai pada 3 Agustus. Ini tidak benar. Sudah sangat jelas, Presiden tidak menentukan tanggal yang tepat untuk mengakhiri musim,” ungkap pihak UEFA.

Lebih lanjut pihak UEFA mengatakan saat ini pihaknya masih menganalisis semua pilihan bagaimana untuk mengakhiri musim ini. Saat ini UEFA intensif berkomunikasi dengan asosiasi klub Eropa dan liga-liga Eropa terkait hal ini. Namun demikian UEFA mengatakan yang terpenting saat ini bukan sepak bola tetapi kesehatan masyarakat.

“UEFA saat ini sedang menganalisis semua opsi untuk menyelesaikan musim domestik dan Eropa, bersama Asosiasi Klub Eropa dan liga-liga di Eropa dalam tim yang dibuat pada 17 Maret. Prioritas utama semua anggota tim adalah menjaga kesehatan masyarakat,” lanjut UEFA.

Saat ini pihaknya dan para pihak terkait sedang mencari solusi kalander agar semua kompetisi bisa dituntaskan. Salah satu opsi yang sedang ditawarkan adalah pelaksaan kompetisi itu pada Juli dan Agustus.

“Sebagai tindak lanjutnya adalah mencari solusi kalender untuk menyelesaikan semua kompetisi. Opsi yang saat ini sedang dipelajari adalah memainkan pertandingan pada Juli dan Agustus jika diperlukan, tergantung pada tanggal memulai ulang kegiatan dan mendapat izin dari otoritas nasional,” sambung UEFA.

Gara-gara Corona, Degradasi La Liga Musim Ini Diminta Ditiadakan

Apakah anda setuju bila kompetisi La Liga musim ini diakhiri saja? Sementara itu untuk tim-tim penghuni dasar klasemen di tabel klasemen sementara mendapat pengecualian untuk tetap bertahan di kasta teratas alias tidak terdegradasi.

Demikian salah satu usulan yang datang dari mantan pemain Barcelona. Hal ini didasarkan pada situasi dunia umumnya dan Spanyol khususnya yang masih berhadapan dengan pandemi Corona atau Covid-19.

Legenda Barcelona, Hristo Stoichkov menghentikan kompetisi sebagai pilihan tepat untuk menghindari penyebaran Corona. Baginya yang terpenting adalah kedisiplinan alih-alih ketakutan.

“Kami tidak butuh ketakutan, tapi kami butuh disiplin. Jika kita melihat bagaimana situasinya, dengan pertandingan yang sudah dimainkan, yang paling adil adalah mengakhiri LaLiga seperti apa adanya sekarang,” bebernya.

Selain menyarankan kompetisi tersebut dihentikan, Stoichkov juga memberikan anjuran terkait penentuan gelar juara. Ia menyarankan agar Barcelona ditetapkan sebagai juara musim ini. Saat ini Barcelona berstatus pemuncak klasemen sementara dengan raihan 58 poin dari 27 pertandingan. Barcelona unggul dua angka dari Real Madrid di urutan kedua.

“Di bawah, banyak yang masih bisa menghindari degradasi, ada banyak pertandingan tersisa,” ungkapnya.

Lantas bagaimana dengan degradasi dan promosi? Stoichkov menganjurkan untuk meniadakan degradasi musim ini. Sementara itu dua tim teratas di Divisi Segunda dipromosikan ke La Liga.

“Jadi liga bisa tetap seperti ini, dengan tidak ada degradasi dan dua tim teratas di Segunda promosi dan membuat liga punya 22 peserta. Karena mereka (Cadiz dan Real Zaragoza) sudah bekerja keras dan memenangi banyak pertandingan,” ungkapnya.

Saat ini klub-klub peserta sedang berjuang menghadapi terpaan wabah corona. Begitu juga para pemain. Bahkan sejumlah klub La Liga mengambil kebijakan untuk memangkas gaji karyawan. Salah sejumlah klub yang mengambil kebijakan tersebut di antaranya Atletico Madrid.

Sebagaimana dikatakan CEO Atletico, Gil Marin, saat ini pihaknya memangkas gaji dengan melihat kondisi yang terjadi saat ini.

“Situasi seserius ini memaksa kami membuat keputusan sulit yang dibutuhkan untuk kebaikan klub. Saya ingin berterima kasih kepada semua orang di klub atas usaha spesialnya selama masa-masa sulit ini,” beber Marin.

Lebih lanjut Marin mengatakan hal ini ditempuh untuk menjamin kondisi finansial klub.

“Sayangnya, dan dengan tujuan utama menjamin keberlangsungan klub, kami terpaksa meminta pemotongan gaji sementara untuk profesi yang tidak bisa menjalankan tugasnya karena situasi darurat di negara ini, karena mereka menghentikan aktivitas sepenuhnya, begitu juga mereka yang jam kerjanya berkurang.”

Legenda Barcelona Ini Sesungguhnya Tak Ingin Jadi Kiper

Nama besar Victor Valdes di jagad sepak bola dunia tak diragukan lagi. Ya, ia adalah salah satu kiper terbaik yang pernah ada. Pria asal Spanyol ini ikut andil dalam mengantar Barcelona meraih sejumlah gelar juara baik di pentas domestik maupun Eropa.

Tidak hanya itu Valdes juga menjadi langganan di timnas Spanyol pada masanya. Ia ikut andil mengantar Spanyol menjadi juara Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012.

Namun demikian bila memutar kembali roda waktu, mantan kiper Manchester United itu sebenarnya tidak ingin menjadi kiper. Saat ditanya bila terlahir kembali ingin menjadi apa, Valdes tegas mengatakan tidak ingin menjadi penjaga gawang.

“Jika aku terlahir kembali, aku takkan jadi kiper,” beber Valdes.

Lebih lanjut Valdes mengatakan tidak mudah menjadi kiper. Ia sampai harus membutuhkan banyak dukungan dan dorongan untuk bisa menjadi seorang kiper hebat.

“Itu bukanlah jalan yang mudah dan tidak memberiku ganjaran yang cukup atas penderitaan bertahun-tahun. Ada hari-hari di mana aku enggan berada di sana. Aku bermain karena mereka meyakinkanku semasa masih muda dan aku menerima jalan tersebut,” sambungnya.

Lebih dari itu secara pribadi Valdes tidak ingin mendapat tekanan. Ia tidak ingin mendapatkan pujian terlalu tinggi untuk apa yang diraih bukan karena perjuangan dan kerja kerasnya semata.

“Aku tak suka ketenaran. Aku tidak nyaman ketika mereka memberiku sanjungan yang teramat tinggi, apalagi karena itu bukanlah semata kontribusi diriku; sepakbola adalah sebuah permainan tim,” tegasnya.

Setelah menuntaskan kariernya sebagai pemain profesional, Valdes sempat mendapat kepercayaan untuk menangani tim muda Barcelona. Ia dipercaya menjadi pelatih Tim U-19 Barcelona. Namun demikian kariernya sebagai pelatih tamat pada tahun 2019 setelah Barcelona memecatnya dari jabatan tersebut.

“Pada hari Senin, Barcelona sudah memberitahu kepada Victor Valdes bahwa dia tidak lagi jadi pelatih Tim U-19A sekaligus pegawai klub ini,” ungkap pihak Barcelona terkait pemecatan tersebut.

Pemecatan tersebut tidak lain karena gagalnya ia memberikan prestasi kepada tim muda Barcelona. Posisinya pun digantikan oleh sosok yang sudah lama mengenal akademi Barcelona, La Masia.

Sementara itu ketika dimintai komentar terkait rumor transfer Neymar ke Barcelona, Valdes mengatakan dirinya cukup mengenal pemain tersebut.

“Apa yang bisa saya katakan pada anda mengenai Neymar? Saya menghabiskan waktu setahun dengannya dan dia selalu menonjol, itu merupakan suatu hal yang mesti anda apresiasi,” tandas Valdes.

Kesalnya Eks Atletico Terhadap Wabah Corona di Italia

Italia merupakan salah satu negara yang paling terdampak wabah corona atau Covid-19. Jumlah penderita dan korban meninggal di negara tersebut menginjak angka ribuan. Situasi ini sampai-sampai membuat bek Inter Milan, Diego Godin angkat bicara.

Pemain asal Uruguay itu mengaku kesal dengan lambannya pemerintah menangani wabah tersebut. Selain karena kelalaian masyarakat yang meremehkan wabah tersebut, ia juga menyesali lambannya pemerintah menangani wabah tersebut.

“Itu bukan masalah besar pada awalnya. Semua orang mengira itu masalah di Cina dan tidak akan menyebar ke negara lain,” beber Godin.

Lebih lanjut mantan bek Atletico Madrid itu mengatakan langkah-langkah yang ditempuh pemerintah Italia sangat lambat. Ia menyayangkan hal tersebut.

“Langkah-langkah yang diberlakukan sangat, sangat lambat. Kami disuruh mengambil tindakan pencegahan, tetapi di tingkat pemerintah tidak ada tindakan drastis yang diambil, yang akan mencegah apa yang mungkin terjadi,” sambungnya.

Saat ini Godin sudah kembali ke negara asalnya. Sebelum itu ia menjalani karantina selama dua pekan. Tak lupa pula Godin memberikan dukungan kepada para tenaga medis yang beberapa dari antaranya harus kehilangan nyawa.

“Pekerjaan yang dilakukan para dokter dan mereka semua dalam pelayanan kesehatan sangat mengesankan,” sambungnya.

Pemain belakang berusia 34 tahun itu mengatakan para dokter dan tenaga medis adalah pahlawan. Merekalah yang berada di garda terdepan untuk menghadapi pandemi ini.

“Apa pun yang dilakukan untuk menghormati mereka akan muncul secepatnya. Mereka adalah pahlawan nyata hari ini. Gambar-gambar dari apa yang telah mereka lakukan benar-benar membuat tergugah,” sambungnya.

Sebelumnya Godin mengkritik langkah pemerintah yang tidak mengambil tindakan tegas, termasuk memberhentikan kompetisi Serie A segera setelah negara tersebut terdampak corona.

“Kami terekspos sampai momen-momen terakhir. Mereka memilih untuk terus melanjutkan kompetisi, untuk melihat apakah kami bisa terus bermain, sampai situasi tak bisa dipertahankan dan sistem kesehatan kolaps,” ungkapnya.

“Kami terus bermain selama beberapa pekan, kami terus berlatih, dan bertanding secara tertutup sampai Rugani dinyatakan positif oleh tes. Baru sampai titik itulah kompetisi berhenti,” tegasnya.

Situasi ini tentu membuat penyebaran semakin luas. Tidak hanya itu ia menilai banyak pemain juga yang bakal tertular virus yang pertama kali muncul di Wuhan, China itu. Untuk itu pihak klub sempat mengkarantina mereka untuk memastikan tidak ada penularan dari satu pemain ke pemain lain.

Kita berharap pandemi ini segera berakhir. Para pemain bisa berkompetisi lagi. Serie A pun bisa bergulir lagi. Namun kapan roda kompetisi tersebut bisa berputar lagi?

Bos La Liga Harap Kompetisi Kembali Gulir di Bulan Ini

Saat ini para pencinta sepak bola dunia tentu bertanya-tanya kapan kompetisi sepak bola di berbagai negara bisa kembali bergulir, tidak terkecuali La Liga Spanyol. Pandemi corona atau Covid-19 yang masih terjadi membuat pertanyaan itu belum juga mendapat jawaban pasti.

Namun demikian untuk La Liga sudah mendapat sedikit gambaran kapan bisa bergulir lagi. CEO Mediapro memberikan informasi bahwa kompetisi tersebut bakal bergulir lagi pada Juli mendatang. Mediapro merupakan pemegang hak siar Liga Spanyol.

Sebagaimana dikatakan CEO Mediapro, Jaume Roures, dirinya berharap kompetisi tersebut kembali bergulir pada Juli 2020 nanti. Ia mengatakan hal ini dengan mempertimbangkan kesehatan semua orang.

“Saya berharap sepak bola kembali digulirkan pada Juli. Saya katakan Juli karena mempertimbangkan kondisi kesehatan semua orang,” beber Roures.

Lebih lanjut ia menyarankan sebelum kompetisi resmi dimulai, klub-klub peserta sebaiknya menggelar pramusim. Hal ini penting untuk membuat para pemain bisa mendapatkan kembali ritme setelah beberapa lama tak beraktivitas di lapangan sepak bola alias di rumah saja.

“Pastinya akan kembali digelar tanpa penonton. Sebaiknya sebelum itu bergulir, mereka melakukan pra-musim. Setelah sekian lama di rumah, mereka tidak bisa langsung bermain dan seolah-olah tak ada yang terjadi,” sambungnya.

Meski begitu pandangan Roures ini didasarkan pada asumsi pribadi. Belum ada penelitian valid dan ilmiah terkait kapan wabah tersebut benar-benar akan berakhir. Ada juga kemungkinan terburuk yakni para pemain tidak bisa menyelesaikan musim kompetisi ini. Hal ini berlaku untuk para pemain yang masih berstatus positif corona.

“Jika dalam tes lanjutan La Liga ada pemain yang kembali positif Virus Corona, mereka harus menyerah dan mengucapkan selamat tinggal pada musim ini,” tegasnya.

Saat ini klub-klub peserta sedang berjuang menghadapi terpaan wabah corona. Begitu juga para pemain. Bahkan sejumlah klub La Liga mengambil kebijakan untuk memangkas gaji karyawan. Salah sejumlah klub yang mengambil kebijakan tersebut di antaranya Atletico Madrid.

Sebagaimana dikatakan CEO Atletico, Gil Marin, saat ini pihaknya memangkas gaji dengan melihat kondisi yang terjadi saat ini.

“Situasi seserius ini memaksa kami membuat keputusan sulit yang dibutuhkan untuk kebaikan klub. Saya ingin berterima kasih kepada semua orang di klub atas usaha spesialnya selama masa-masa sulit ini,” beber Marin.

Lebih lanjut Marin mengatakan hal ini ditempuh untuk menjamin kondisi finansial klub.

“Sayangnya, dan dengan tujuan utama menjamin keberlangsungan klub, kami terpaksa meminta pemotongan gaji sementara untuk profesi yang tidak bisa menjalankan tugasnya karena situasi darurat di negara ini, karena mereka menghentikan aktivitas sepenuhnya, begitu juga mereka yang jam kerjanya berkurang.”

Tak Dapat Tempat di Timnas, Pemain Ini Malah Sindir Giroud

Saat ini berkembang polemik antara dua pemain asal Prancis yakni Karim Benzema dan Olivier Giroud. Kedua pemain ini terlibat perang komentar. Mula-mula Benzema yang mengeluarkan sindiran yang menyebut dirinya ibarat mobil F1, sementara Giroud tak ubahnya mobil gokart.

“Kalian tidak menyamakan F1 dengan gokart. Dan ini saya lagi baik. Saya yang F1,” beber Benzema.

Komentar ini kemudian berkembang luas. Muncul komentar hingga analisis untuk membedah pernyataan tersebut. Apakah benar analogi tersebut? Apakah Benzema lebih moncer ketimbang Giroud.

Bisa jadi komentar ini merupakan kelanjutan dari keputusan Federasi Sepak Bola Prancis yang tak memasukan Benzema dalam daftar pemain timnas di Piala Dunia beberapa waktu lalu. Sementara itu Giroud justru masuk dalam daftar pemain Les Blues.

Benzema memang sudah tidak lagi mendapat tempat di timnas Ayam Jantan. Presiden France Football Federation, Noel le Graet sudah mengatakan dengan jelas terkait masa depan pemain Real Madrid itu di tim nasional.

“Bagi saya Benzema adalah pemain yang hebat dan kualitasnya sudah terbukti. Dia membuktikannya bersama Real Madrid, tapi petualangannya di timnas Prancis sudah tamat,” beber Graet.

Kehadiran Giroud di timnas Prancis untuk menggantikan Benzema pun menuai polemik, termasuk dari penggemar timnas Prancis. Sebagiamana dikatakan Giroud, pada Piala Dunia 2016 lalu, ia mendapat sambutan negatif dari para penggemar Prancis.

“Ya, saya tahu bagaimana situasinya. Mereka pun mengejek saya dan meneriakkan ‘booo’. Saya tahu mereka bukan anti-Giroud tapi pro-Benzema,” beber Giroud.

Sementara itu terkait kehadiran Giroud di timnas Prancis, pelatih Prancis, Didier Deschamps memiliki pandangan dan harapan tersendiri. Menurut Deschamps tugas Giroud di timnas bukan hanya mencetak gol.

“Tugas dia bukan hanya mencetak gol. Dia bisa membuka ruang, mengobrak-abrik pertahanan lawan, dan membuat tim menang,” beber Deschamps.

Sementara itu terkait polemik yang tengah beredar saat ini Benzema pun kembali berkomentar. Menurutnya, ia hanya berkata jujur terkait rekan senegaranya itu.

“Saya cuma berkata sejujurnya soal Giroud. Tapi kita tidak mengingat apa yang saya katakan soalnya, khususnya karena kontribusi dia untuk timnas Prancis,” beber Giroud.

“Orang-orang cuma akan mengingat ketika saya bilang saya adalah mobil F1 dan dia gokar. Itu yang saya pikirkan, itulah kenyataannya, dan memang seperti itu,” sambungnya.

Lebih lanjut Benzema mengatakan publik tentu akan membandingkannya dengan mantan bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo. Menurutnya perbandingan antara dirinya dengan Ronaldo sama seperti yang dikatakan tentang dirinya dan Giroud.