Kembali Berlatih Bersama, Rakitic: Merasa Seperti Jadi Pesepakbola Lagi

Saat ini klub-klub La Liga sudah kembali menggelar latihan. Latihan yang dilakukan tidak lagi secara individu tetap bersama. Situasi ini pun mengundang beragam komentar. Salah satunya datang dari pemain Barcelona, Ivan Rakitic.

Menurut pemain internasional Kroasia itu kembali berlatih bersama terasa spesial. Ia merasa kembali menjadi seorang pesepakbola.

“Kembali berlatih secara berkelompok rasanya spesial. Saya merasa seperti pesepakbola lagi,” beber Rakitic.

Lebih lanjut ia mengatakan situasi ini harus disambut positif. Namun demikian masih ada aturan dan protokol yang harus dilaksanakan. Ia pun menegaskan akan patuh dan taat pada setiap protokol yang telah ditetapkan.

“Kami harus menghormati situasinya, tapi kami juga menantikan ini. Kami ganti baju dan mandi di rumah.”

Rakitic pun mengaku tak sabar untuk kembali merumput. Apalagi La Liga masih menghadirkan persaingan yang sengit. Saat ini Barcelona dan Real Madrid terus berjuang untuk menjadi kampiun di akhir musim.

“Saya benar-benar tak sabar kembali main. Hanya ada beberapa pertandingan lagi dan untuk ini saya ingin ada di level terbaik. Sisanya kita lihat saja,” sambungnya.

Mantan pemain Sevilla itu menegaskan ada banyak perubahan yang dialami di hari pertama latihan bersama. Bahkan rekan-rekan setim sampai berkomentar terkait perubahan yang terjadi dengan dirinya selama masa karantina mandiri.

“Saat tiba di tempat latihan, mereka bilang ‘Ivan, kamu berubah’. Secara fisik sekarang saya lebih baik daripada setelah musim panas,” tegasnya.

Kiper Real Madrid, Thibaut Courtois pun sangat senang dengan situasi tersebut. Ia pun tak sabar untuk kembali bertanding di lapangan hijau. Apalagi sudah hampir dua bulan pihaknya tidak bisa beraktivitas.

“Setelah hampir dua bulan tanpa latihan, kami tidak sabar untuk kembali ke sana, untuk bersama sebagai tim lagi di sini di Valdebebas,” beber Courtois.

Lebih lanjut mantan kiper Chelsea itu mengatakan situasi yang sulit ini sempat membuat mereka harus menggelar latihan secara individu. Berlatih di rumah baginya bukan menjadi hal yang bagus. Tentu situasi tersebut berbeda dengan latihan bersama di lapangan.

“Ini berbeda ketika Anda harus melakukannya di rumah, tetapi semua orang telah berlatih dengan sangat baik. Kami melakukan semua yang diminta pelatih dan kami dalam kondisi yang baik. Secara umum, semua orang merasa oke,” lanjutnya.

Lebih lanjut Courtois pun mengungkapkan kesediaannya untuk berjuang maksimal di sisa musim ini. Ia menegaskan pihaknya pun bersiap untuk merebut trofi La Liga musim ini.

Kiper Madrid Senang Bisa Berlatih Bersama Lagi

Saat ini tim-tim La Liga Spanyol sudah mulai menggelar latihan, bukan lagi secara individu tetapi bersama. Hal ini mendatangkan berbagai respon positif. Salah satunya datang dari kiper Real Madrid, Thibaut Courtois.

Kiper asal Belgia itu pun sangat senang dengan situasi tersebut. Ia pun tak sabar untuk kembali bertanding di lapangan hijau. Apalagi sudah hampir dua bulan pihaknya tidak bisa beraktivitas.

“Setelah hampir dua bulan tanpa latihan, kami tidak sabar untuk kembali ke sana, untuk bersama sebagai tim lagi di sini di Valdebebas,” beber Courtois.

Lebih lanjut mantan kiper Chelsea itu mengatakan situasi yang sulit ini sempat membuat mereka harus menggelar latihan secara individu. Berlatih di rumah baginya bukan menjadi hal yang bagus. Tentu situasi tersebut berbeda dengan latihan bersama di lapangan.

“Ini berbeda ketika Anda harus melakukannya di rumah, tetapi semua orang telah berlatih dengan sangat baik. Kami melakukan semua yang diminta pelatih dan kami dalam kondisi yang baik. Secara umum, semua orang merasa oke,” lanjutnya.

Lebih lanjut Courtois pun mengungkapkan kesediaannya untuk berjuang maksimal di sisa musim ini. Ia menegaskan pihaknya pun bersiap untuk merebut trofi La Liga musim ini.

“Kami juga ingin memulai kembali La Liga dan kami akan berjuang keras untuk memenangkannya,” tegasnya.

Saat ini Real Madrid masih berada di urutan kedua di tabel klasemen sementara. El Real mengemas total 56 poin dari 27 pertandingan yang telah dijalani. Courtois dan kawan-kawan tertinggal dua angka dari pemuncak klasemen, Barcelona.

Sebagaimana dikatakan bek Real Madrid, Dani Carvajal, mereka mengalami kikuk saat harus kembali ke lapangan latihan.

“Kami betul-betul kesulitan mengontrol bola di hari pertama latihan,” beber Carvajal.

Lebih lanjut pemain asal Spanyol itu mengatakan apa yang telah dilakukan selama pandemi di rumah ternyata berbeda dengan yang dilakukan di lapangan latihan. Berlatih secara mandiri di rumah tidak menjamin latihan bersama berjalan lancer. Namun demikian Carvajal mengatakan hal tersebut bukan menjadi tantangan berarti.

“Pada akhirnya, latihan Anda di rumah sendiri sama sekali berbeda dengan yang Anda lakukan di lapangan. Tapi kami semakin bagus kok,” sambungnya.

Terkait latihan yang dijalani, Carvajal mengatakan pihaknya tetap harus mengikuti berbagai protokol dan aturan ketat yang ditetapkan pemerintah.

“Kami harus mengikuti protokol yang ditetapkan LaLiga, berhati-hati dan menghormati aturan dan secara umum mencoba untuk mendapatkan kembali kecepatan dengan dan tanpa bola,” akunya.

Kroos Belum Berpikir untuk Tinggalkan Madrid

Toni Kroos menegaskan dirinya belum berpikir untuk meninggalkan Real Madrid. Berkembang kabar terkait kemungkinan pemain asal Jerman itu hijrah ke Liga Inggris. Terkait hal ini Kroos mengatakan dirinya sama sekali belum memiliki bayangan untuk bermain di kompetisi tersebut.

Kroos yang sudah berusia kepala tiga masih terikat kontrak dengan Los Blancos hingga 2023. Saat ini ia mengatakan dirinya masih merasa nyaman dan betah di Madrid. Ia mengakan sesuai kontraknya dirinya masih memiliki waktu yang lama untuk tetap berseragam Los Merengues.

“Tiga tahun di sepakbola itu lama. Tiga tahun bersama Real Madrid, bahkan lebih lama,” beber Kroos.

Lebih lanjut ia menegaskan dirinya benar-benar ingin memanfaatkan semua kesempatan yang masih tersisa. Ia ingin memanfaatkan tiga tahun masa kontrak bersama El Real. Setelah kontrak selesai ia baru berpikir terkait masa depannya setelah melihat situasi dan kondisi dirinya.

“Aku benar-benar ingin menghabiskan tiga tahun di Real. Maka saat yang tepat adalah di usia 33 tahun, untuk bertanya kepada diri sendiri: bagaimana kondisi fisik, apa motivasinya, apakah aku masih merasa ingin terus bermain? Baru kemudian kita lihat bagaimana,” sambungnya.

Selain Liga Inggris, Kroos juga dikaitkan dengan Liga Super China. Kroos menegaskan dirinya belum berpikir untuk mencoba peruntungan di kompetisi-kompetisi tersebut.

“Satu hal yang pasti tidak akan kamu baca tentangku adalah Kroos pergi ke China dua tahun lagi, atau cerita seperti itu. Lupakan saja hal-hal semacam itu itu,” sambungnya lagi.

Ia menegaskan masih ingin fokus dengan Real Madrid. Masih ada target-target yang ingin ia capai meski bersama klub saat ini ia sudah meraih sejumlah gelar bergengsi di antaranya Liga Champions Eropa.

“Aku tidak bisa membayangkan itu adalah pilihanku, untuk pergi ke tempat lain. Jika sudah waktunya dan kamu berkata, ‘Oke, satu tahun lagi di sini, karena kamu masih cukup baik dan masih ingin bermain’, aku tidak akan mengesampingkannya.”

Bila melihat kompetisi Liga Primer Inggris, Kroos sepertinya sedikit pesimis. Bila bermain di kompetisi tersebut saat usianya sudah 33 tahun, ia menilai bukan sesuatu yang ideal. Pasalnya Liga Inggris merupakan salah satu kompetisi yang sangat mengandalkan kekuatan dan kebugaran fisik.

“Tapi jika perubahan lain, ke Inggris misalnya, di mana mereka bermain yang sangat mengandalkan fisik, aku tidak bisa membayangkannya pada usia 33 tahun,” pungkasnya.

Presiden UEFA Prediksi Semua Kompetisi Eropa Berakhir Agustus

Saat ini publik masih menanti kelanjutan kompetisi Liga Champions Eropa dan Liga Europa yang sementara ini terhenti karena wabah Corona atau Covid-19. Publik menanti kapan klub-klub terbaik di benua Eropa kembali beradu.

Presiden UEFA Aleksander Ceferin pun optimistis kompetisi-kompetisi itu akan berlanjut lagi. Tidak hanya itu ia juga memprediksi kapan berbagai kompetisi itu akan berakhir. Ia yakin semua kompetisi akan berakhir pada Agustus nanti.

“Kami punya ide, tapi kami harus menunggu komite eksekutif UEFA untuk mengonfirmasi tanggalnya. Saya bisa bilang bahwa kompetisi Eropa akan selesai, kalau semuanya berjalan seperti saat ini, pada bulan Agustus,” bebernya.

Lebih lanjut ia yakin dengan situasi yang semakin membaik. Tidak hanya itu ia yakin liga-liga domestik di Eropa akan bisa mengakhiri musim ini.

“Sebagaimana situasi yang terlihat sekarang ini, saya yakin kita bisa menyelesaikan musim Eropa dan ini berarti kompetisi UEFA. Saya rasa sebagian besar liga-liga akan menyelesaikan musim,” sambungnya.

Ia juga menanggapi keputusan sejumlah kompetisi yang memilih menyudahi musim ini. Ligue 1 Prancis dan Eredivisie Belanda adalah contoh. Ceferin mengatakan hal tersebut merupakan keputusan masing-masing federasi. Namun demikian untuk klub-klub yang ingin bermain di level Eropa maka mereka harus memainkan babak kualifikasi.

“Mereka yang tidak menuntaskan musim, itu keputusan mereka. Tapi mereka masih harus memainkan laga kualifikasi kalau ingin berpartisipasi di kompetisi Eropa,” sambungnya lagi.

Sementara itu terkait pertandingan tim-tim Prancis di pentas Eropa, Ceferin mengatakan Paris Saint-Germain (PSG) berpeluang tampil di luar negeri bila pemerintah Prancis tidak memberikan izin untuk menggelar pertandingan kandang, termasuk juga laga tanpa penonton.

“Paris Saint-Germain dan Lyon bakal harus menggelar pertandingan di Prancis. Kalau ini tidak memungkinkan, mereka bakal harus menggelarnya di tempat netral,” bebernya.

Ia mengatakan bila tidak diizinkan untuk menggelar pertandingan kandang, maka klub tersebut harus mencari tempat netral untuk melangsungkan pertandingan.

“Kalau Anda tak bisa bermain di negara Anda, maka Anda harus menggelarnya di tempat netral. Saya sih tidak melihat adanya alasan kenapa pemerintah Prancis tidak membiarkan mereka menggelar laga tanpa penonton, tapi ya kita lihat saja.”

Terkait di mana pertandingan akan digelar, Ceferin mengatakan hal tersebut berada di luar kendalinya. Ia tidak bisa ikut campur soal itu.

“Itu di luar kendali saya,” tegasnya.

Emery Pernah Sentil Ozil Tak Punya Komitmen

Bukan rahasia lagi hubungan antara Unay Emery dan Mesut Ozil saat keduanya sama-sama berada di Arsenal tidaklah harmonis. Pemain asal Jerman itu kurang mendapat menit bermain dari sang pelatih.

Emery pun buka suara terkait hal itu. Menurut Emery dirinya memiliki alasan untuk tidak memberinya menit bermain secara reguler. Ia menilai sang pemain terlihat seperti tidak memiliki motivasi dan komitmen.

“Pada akhirnya dia harus melihat dirinya sendiri. Sikap dan komitmennya,” beber Emery.

Lebih lanjut mantan pelatih Paris Saint-Germain (PSG) itu mengatakan dirinya sudah berusaha untuk membantu sang pemain. Ia mengatakan dirinya selalu memperhatikan para pemain berbakat di setiap klub yang pernah ditanganinya, tidak terkecuali Ozil.

“Saya berusaha sekuat tenaga untuk membantu Ozil. Sepanjang karir saya, para pemain berbakat telah menjadi favorit saya dan mereka telah bermain sebaik mungkin atau mendekati yang terbaik bersama saya,” lanjutnya.

Lebih lanjut Emery mengatakan dirinya selalu berusaha berpikir positif. Namun demikian niat dan maksud baiknya tidak berjalan berbarengan dengan komitmen sang pemain.

“Saya selalu positif dengannya karena ingin ia terlibat dalam permainan. Namun kemudian sikap yang dia adopsi, dan tingkat komitmen sangat itu tidak cukup untuk tim.”

Emery juga membuka bagaimana sikap para pemain Arsenal lainnya di ruang ganti. Ia sebenarnya menjagokan Ozil untuk menjadi kapten. Namun di ruang ganti para pemain tidak ingin mantan pemain Real Madrid itu menjadi kapten.

“Salah satu kapten mungkin adalah Oezil tetapi di ruang ganti tak ada yang ingin dia menjadi kapten. Tingkat komitmennya bukanlah seseorang yang pantas menjadi kapten, dan bukan itu yang saya putuskan, itu para pemain putuskan,” lanjutnya.

Emery juga membuka salah satu pengalaman yang memperkuat kesan buruknya kepada Ozil. Setelah Arsenal takluk dari Chelsea di final Liga Europa 2018/2019, Ia meminta para pemain untuk datang dan melakukan pembicaraan dengan mereka.

Saat itu ia ingin melakukan pembicaraan personal dengan setiap pemain. Ternyata Ozil tidak datang saat itu.

“Saya mengadakan pertemuan dengan semua pemain di hari itu. Obrolan secara personal selama setengah jam dengan masing-masing pemain. Hanya Ozil yang tidak mau datang,” lanjutnya lagi.

Pelatih asal Spanyol itu pun menegaskan dari pengalaman seperti itu terlihat jelas lemahnya komitmen Ozil. Bila para pemain berkomitmen maka tidak ada alasan untuk tidak datang saat itu.

“Dia tidak datang. Dan itulah yang saya katakan soal komitmen. Ketika komitmennya 100 persen maka semua pemain harusnya datang,” pungkasnya.

Kompetisi Bakal Berlanjut, Para Pemain Liga Inggris Belum Dimintai Pendapat

Saat ini berkembang aneka rumor terkait nasib Liga Primer Inggris musim ini. Sebagian besar kabar terkait kemungkinan bergulirnya kembali kompetisi tersebut. Bahkan dikabarkan tidak butuh waktu lama bagi Liga Inggris untuk kembali hadir di ruang tontonan para penggemarnya.

Namun demikian muncul kekecewaan dari pemain Liga Inggris yang merasa tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan untuk menentukan nasib kompetisi musim ini. Sebagaimana dikatakan oleh bek West Ham United, Aaron Cresswell, para pemain tidak didengar pendapat dan pandangannya. Begitu juga, ia menilai hal yang sama untuk kepala medis FIFA.

“Saya pikir terlihat jelas bahwa opini para pemain tidak didengar, termasuk saran dari kepala medis FIFA sendiri,” ungkap Cresswell di jejaring sosial twitternya.

Pemain internasional Inggris itu menilai sejak kompetisi ditangguhkan hingga kini para pemain sama sekali belum diberikan ruang dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan pandangan terkait masa depan Liga Inggris di tengah pandemi Corona atau Covid-19.

“Sudah 10 pekan sejak kami terakhir bermain bola dan belum ada polling untuk melihat bagaimana pendapat para pemain,” sambungnya.

Meski tidak dimintai secara resmi oleh otoritas terkait, beberapa pemain yang merumput di Liga Primer Inggris sudah menyatakan pendapatnya. Beberapa di antaranya adalah striker Manchester City, Sergio Aguero dan pemain muda Chelsea, Tammy Abraham. Para pemain itu berpendapat saat ini situasi belum kondusif untuk memulai lagi kompetisi. Mereka menyatakan masih ada rasa takut bila harus bermain dalam situasi seperti saat ini.

Sementara itu pelatih Chelsea, Frank Lampard menyampaikan masukan kepada para pelatih klub Liga Inggris terkait hal ini. Untuk mengurangi ketakutan dan kecemasan, Lampard meminta para manajer untuk berbicara dengan para pemain.

“Bagian penting dari pekerjaan pelatih saat ini adalah memiliki empati terhadap para pemainnya,” beber Lampard.

Lebih lanjut Lampard mengatakan, dalam situasi seperti saat ini para pelatih harus bisa berkomunikasi dari hati ke hati dan melakukan pendekatan personal yang baik dengan para pemain. Situasi seperti ini bukan tidak mungkin masih membuat para pemain merasa cemas. Bagaimanapun urusan kesehatan dan keselamatan adalah yang utama.

“Kami tak bisa cuma bilang, ‘guys, kita akan begini begini’, sebab tak ada yang pernah mengalami ini sebelumnya. Para pemain bukannya mogok main, mereka bukannya tak mau berlatih, atau berselisih dengan pemain lain, tapi karena hal ini berdampak pada semua orang, khususnya keluarga mereka,” tegasnya.

Mantan Pemain Puji Perkembangan Lazio Saat Ini

Patut diakui saat ini Lazio sudah menunjukkan diri sebagai salah satu klub yang patut diperhitungkan di Serie A. Klub tersebut sudah menunjukkan grafik penampilan yang meningkat dan kini berada di papan atas klasemen sementara.

Sebelum kompetisi terhenti karena wabah Corona atau Covid-19, Lazio berada di urutan kedua dengan raihan total 62 poin. Lazio hanya berjarak satu angka dari Juventus di posisi puncak.

Situasi ini membuat Lazio mendapat apresiasi. Salah satunya dari mantan pemain, Marco Di Vaio. Menurutnya, situsai yang terjadi saat ini sungguh menggembirakan. Para pihak terkait sudah menunjukkan kinerja yang mengagumkan.

Mulai dari direksi yang mampu membangun tim dengan baik. Menariknya, Lazio mampu bermain baik dengan modal pemain yang ada. Lazio tidak mengeluarkan banyak dana untuk mendatangkan pemain bintang.

Selain itu Lazio juga tidak tergoda untuk cepat melepas para pemain bintang. Saat ini nama-nama seperti Ciro Immobile tengah menjadi bidikan banyak klub. Namun manajemen klub tak tertarik dengan berbagai tawaran dan lebih memilih mempertahankan.

“Lazio saat ini telah dibangun di waktu yang tepat. Kelebihan pemilik dan direksi klub adalah telah membangun skuat ini satu bagian demi satu bagian tanpa menjual pemain terbaik,” beber Di Vaio.

Selain itu Lazio juga mampu memaksimalkan pemain yang ada. Bahkan beberapa pemain itu merupakan hasil tempaan Lazio seperti Luis Alberto dan Sergek Milinkovic-Savic. Selain dua nama itu masih ada Lucas Leiva. Para peain ini pun tengah menjadi incaran sejumlah klub.

“Mereka mengambil peluang untuk mendatangkan Ciro Immobile. Mereka hebat dalam menemukan bakat Luis Alberto dan Sergej Milinkovic-Savic atau bahkan Lucas Leiva,” sambungnya.

Di Vadio semakin senang karena Lazio mampu menjadi klub hebat tanpa harus mengeluarkan banyak uang. Menurut Di Vadio situasi yang terjadi saat ini berbanding terbalik dengan dua decade lalu di mana klub begitu jor-joran untuk berbelanja, namun hasilnya tak selalu sesuai harapan.

“Mereka telah melakukannya tanpa menghamburkan uang ke pasar seperti yang dilakukan dua dekade lalu,” tegasnya.

Saat ini Lazio sedang bersiap untuk memulai berkompetisi lagi setelah sempat terhenti karena wabah Corona. Bila mampu mempertahankan tren positif yang terjadi sebelum kompetisi berhenti, bukan tidak mungkin Lazio akan menjadi salah satu penantang terkuat untuk meraih scudetto musim ini. Namun tidak mudah untuk mendapatkan kembali tren positif setelah masa penangguhan.

Ferdinand Minta Harry Kane Realistis dengan Masa depan Bersama Spurs

Saat ini Harry Kane terus diganggu dengan kabar terkait peluang kepindahannya ke klub lain. Performa Spurs yang belum mampu mencapai klimaks di sejumlah kompetisi menjadi sebab. Tak heran sejauh ini Kane belum juga meraih trofi bersama The Liliwhytes.

Situasi ini mengundang keprihatinan dari banyak pihak. Salah satunya datang dari Les Ferdinand. Saudara Rio Ferdinand ini mengatakan saatnya Kane bersikap realistis. Ia mengakui sebagai fans Spurs, Ia tak ingin agar pemain bintang itu pergi. Namun situasi saat ini mau tidak mau membuat Kane harus mengambil keputusan.

“Sebagai fan, jelas saya tak mau Harry hengkang. Saya ingin dia terus di Tottenham sampai pensiun, tapi kita harus realistis, kan,” beber Ferdinand.

Les yang juga mantan pemain depan Spurs dan Timnas Inggris itu mengatakan saat ini para pemain bintang mampu memperoleh segalanya. Bahkan mereka sudah memiliki masa depan yang cerah karena mendapat gaji dan kompensasi yang besar.

“Para pemain zaman sekarang digaji besar sehingga mereka tak lagi pusing soal uang ketika sudah pensiun. Mereka sudah ada di satu titik di mana mereka berhasil mencapainya.”

Meski begitu uang bukan segalanya bagi seorang pesepakbola. Ada saatnya para pemain akan melihat prestasi dan pencapaian yang sudah diraih. Sungguh ironis bila memiliki uang tetapi minim prestasi.

“Namun ada situasi di masa pensiun nanti, mereka akan melihat kembali perjalanan karier mereka dan bilang, ‘karier saya bagus, tapi mana buktinya? Di mana medali juaranya?’ Hal itulah yang diinginkan.”

Terkait peluang Kane bersama Spurs, Les menilai hal ini tergantung pada klub. Bila Spurs mampu menjamin akan meraih trofi di masa depan, maka Les memprediksi Kane akan bertahan. Bila tidak, maka bukan tidak mungkin striker internasional Inggris itu akan berpikir untuk pergi.

“Semua pemain di manapun sama saja. Kalau Tottenham bisa mengimbangi ambisi Harry meraih banyak trofi, dia akan tinggal. Jika tidak bisa, maka Harry akan berpikir untuk pergi dan meraih trofi di tempat lain. Kalau sudah begitu, orang-orang tak boleh menghambatnya,” beber Les.

Dukungan agar Kane mencari pelabuhan baru juga datang dari Dimitar Berbatov. Mantan pemain Spurs dan Manchester United itu menganjurkan Kane untuk mencari klub lain bila ingin meraih trofi.

“Saya rasa dia berada di tempat yang salah. Jika terus di Spurs, dia tidak akan mendapat trofi,” bebernya.

Mantan pemain tim nasional Bulgaria itu yakin dengan isi hati Kane. Menurutnya sang pemain sangat ingin untuk merasakan gelar juara.

“Saya tahu apa yang saya rasakan. Terang saja, bagi Harry Kane saat ini hanya butuh trofi untuk membuktikan sehebat apa dirinya,” tegasnya.

Timo Werner Sesuai dengan Filisofi Klopp

Saat ini nama Timo Werner tengah dikaitkan dengan Liverpool. Pemain RB Leipzig ini memiliki musim yang bagus bersama klub Jerman itu. Ia menjadi andalan di lini depan. Menjawab kepercayaan itu, pemain berusia 24 tahun itu telah mencetak 27 gol dan memberikan 12 assist dalam 36 penampilan di semua ajang.

Tak heran dengan kualitas dan potensi seperti itu, Werner disebut cocok bergabung dengan Liverpool. Hal yang memperkuat Werner untuk berseragam Liverpool adalah kecocokannya dengan gaya bermain yang diinginkan pelatih Jurgen Klopp.

Menurut mantan pemain Liverpool, Jhon Barners, Werner adalah tipikal pemain yang sesuai dengan filosofi Klopp. Klopp disebut sebagai pemain yang mencari pemain berdasarkan kecocokan dan kebutuhan dengan tim dan bukan semata-mata berlabel bintang.

“Werner sesuai dengan profil dari salah satu trisula di lini depan. Itulah yang dilakukan Juergen Klopp, dia mencari apa yang dia perlu dari pemain berbeda di posisi berbeda dan dia mencari profil itu di pemain yang berbeda,” beber Barner.

Lebih lanjut ia mengatakan Werner hanya cocok dengan klub seperti Liverpool. Ia bukanlah pemain yang bisa bermain baik untuk klub Inggris lainnya seperti Manchester City. Karakter Werner yang cepat dan dinamis tak jauh berbeda dengan para pemain depan Liverpool saat ini seperti Sadio Mane, Roberto Firmino dan Mohamed Salah.

“Timo Werner mungkin tidak akan cocok dengan Manchester City karena dia tipe pemain yang berbeda, dia sangat cepat, dinamis, dan tanpa basa-basi, dan itulah yang harus dilakukan trisula lini depan Liverpool,” sambungnya.

Barner mengatakan Klopp adalah sosok pelatih yang pandai mencari pemain. Tidak hanya itu pelatih asal Jerman itu juga memiliki kemampuan untuk menempa seorang pemain menjadi pemain bintang. Ia mengambil contoh Jordan Henderson sebagai pemain pilihan untuk posisi gelandang ketimbang merekrut pemain bintang sekelas Kevin De Bruyne atau David Silva.

“Di situlah Klopp jago. Jika dia mencari gelandang, dia tidak akan mencari seorang Kevin De Bruyne atau David Silva, dia akan mencari pemain seperti Jordan Henderson,” sambungya.

Barnes menegaskan Klopp adalah sosok yang tahu akan kebutuhan tim dan bagaimana memenuhinya dengan pemain-pemain yang tepat. Bila klub lain berlomba-lomba mencari pemain terbaik, Klop justru lebih memilih pemain yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan tim.

“Dia tahu bagaimana dia ingin timnya main dan mencari pemain yang cocok dengan sistem itu, sementara klub lain mencari pemain terbaik yang mereka anggap terbaik dan bilang akan merekrutnya karena dia akan mencetak 50 gol, tapi jika dia tidak sesuai dengan keinginan tim, tidak ada gunanya merekrutnya,” pungkasnya.

 

Luka Jovic Butuh Mentor Agar Bisa Berkembang di Madrid

Sejak didatangkan Real Madrid, performa Luka Jovic belum memuaskan. Pemain muda asal Serbia itu sebelumnya bermain begitu memukau bersama Eintracht Frankfurt. Namun saat hijrah ke Spanyol performanya seperti berbanding terbalik.

Banyak hal disinyalir menjadi sebab. Salah satunya adalah pemain berusia 22 tahun itu tidak memiliki mentor yang bisa membimbingnya di klub raksasa itu. Hal ini diyakini oleh mantan pemain Serbia, Velijko Paunovic.

Menurut Paunovic, striker muda itu belum bisa tampil maksimal karena tidak mendapat bimbingan dari pemain senior. Untuk itu menurut Paunovic, Jovic butuh pemain senior agar bisa membimbingnya untuk mendapatkan kembali potensi terbaiknya.

Meski begitu Paunovic yakin Jovic sangat bertalenta dan masih memiliki kesempatan untuk berkembang. Jovic disebutkan masih butuh waktu untuk beradaptasi menjadi bagian dari klub tersukses di Eropa itu.

“Kami semua berharap bisa melihat Jovic lebih banyak dan saya pikir dia butuh waktu untuk beradaptasi. Walau begitu, saya masih percaya dengan kemampuannya,” beber Paunovic.

Lebih lanjut Paunovic mengatakan Jovic sudah mendapat perhatian memadai dari pelatih Madrid, Zinedine Zidane. Hanya saja Jovic perlu didampingi oleh pemain yang lebih senior.

“Zinedine Zidane sudah cukup baik merangkul Jovic. Namun, saya rasa dia kehilangan veteran yang bisa menunjukkan bagaimana tim-tim besar seperti Real Madrid, Barcelona, atau Atletico Madrid bermain,” sambungnya.

Bermain di klub sebesar Madrid jelas menjadi tantangan bagi setiap pemain, apalagi pemain muda seperti Jovic. Karena itu penting bagi Jovic untuk mendapatkan mentor yang tepat sehingga bisa beradaptasi dan mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

“Jovic harus mampu menyelesaikan itu dan menemukan mentor yang tepat buatnya. Tuntutan di Real Madrid sangat tinggi dan dia harus siap dengan hal tersebut,” pungkasnya.

Presiden LaLiga, Javier Tebas, mengungkapkan harapannya agar Liga Spanyol bisa dilanjutkan mulai 12 Juni. Tebas mengatakan pertandingan-pertandingan lanjutan itu akan digelar tanpa penonton. Dengan demikian selama enam pekan tersisa, para penggemar tim-tim La Liga tidak bisa datang memberikan dukungan secara langsung.

“Kami tidak tahu (kapan kami bisa mulai), tidak ada yang tahu tanggalnya. Itu akan tergantung kenaikan angka dan semua aturan yang diikuti,” beber Tebas.

Tebas mengakui situasi saat ini belu sepenuhnya pulih. Wabah Corona atau Covid-19 belum benar-benar berakhir. Ia berharap dengan tetap mengikuti protokol dan aturan yang telah dikeluarkan situasi bisa segera berangsur pulih.

“Virusnya masih ada, tapi kalau bisa tanggal 12 Juni (mulai lagi), jauh lebih baik. Jika kita semua mengikuti aturan kesehatan, saya kira tidak akan ada masalah,” sambungnya.