Emery Pernah Sentil Ozil Tak Punya Komitmen

Bukan rahasia lagi hubungan antara Unay Emery dan Mesut Ozil saat keduanya sama-sama berada di Arsenal tidaklah harmonis. Pemain asal Jerman itu kurang mendapat menit bermain dari sang pelatih.

Emery pun buka suara terkait hal itu. Menurut Emery dirinya memiliki alasan untuk tidak memberinya menit bermain secara reguler. Ia menilai sang pemain terlihat seperti tidak memiliki motivasi dan komitmen.

“Pada akhirnya dia harus melihat dirinya sendiri. Sikap dan komitmennya,” beber Emery.

Lebih lanjut mantan pelatih Paris Saint-Germain (PSG) itu mengatakan dirinya sudah berusaha untuk membantu sang pemain. Ia mengatakan dirinya selalu memperhatikan para pemain berbakat di setiap klub yang pernah ditanganinya, tidak terkecuali Ozil.

“Saya berusaha sekuat tenaga untuk membantu Ozil. Sepanjang karir saya, para pemain berbakat telah menjadi favorit saya dan mereka telah bermain sebaik mungkin atau mendekati yang terbaik bersama saya,” lanjutnya.

Lebih lanjut Emery mengatakan dirinya selalu berusaha berpikir positif. Namun demikian niat dan maksud baiknya tidak berjalan berbarengan dengan komitmen sang pemain.

“Saya selalu positif dengannya karena ingin ia terlibat dalam permainan. Namun kemudian sikap yang dia adopsi, dan tingkat komitmen sangat itu tidak cukup untuk tim.”

Emery juga membuka bagaimana sikap para pemain Arsenal lainnya di ruang ganti. Ia sebenarnya menjagokan Ozil untuk menjadi kapten. Namun di ruang ganti para pemain tidak ingin mantan pemain Real Madrid itu menjadi kapten.

“Salah satu kapten mungkin adalah Oezil tetapi di ruang ganti tak ada yang ingin dia menjadi kapten. Tingkat komitmennya bukanlah seseorang yang pantas menjadi kapten, dan bukan itu yang saya putuskan, itu para pemain putuskan,” lanjutnya.

Emery juga membuka salah satu pengalaman yang memperkuat kesan buruknya kepada Ozil. Setelah Arsenal takluk dari Chelsea di final Liga Europa 2018/2019, Ia meminta para pemain untuk datang dan melakukan pembicaraan dengan mereka.

Saat itu ia ingin melakukan pembicaraan personal dengan setiap pemain. Ternyata Ozil tidak datang saat itu.

“Saya mengadakan pertemuan dengan semua pemain di hari itu. Obrolan secara personal selama setengah jam dengan masing-masing pemain. Hanya Ozil yang tidak mau datang,” lanjutnya lagi.

Pelatih asal Spanyol itu pun menegaskan dari pengalaman seperti itu terlihat jelas lemahnya komitmen Ozil. Bila para pemain berkomitmen maka tidak ada alasan untuk tidak datang saat itu.

“Dia tidak datang. Dan itulah yang saya katakan soal komitmen. Ketika komitmennya 100 persen maka semua pemain harusnya datang,” pungkasnya.

Kompetisi Bakal Berlanjut, Para Pemain Liga Inggris Belum Dimintai Pendapat

Saat ini berkembang aneka rumor terkait nasib Liga Primer Inggris musim ini. Sebagian besar kabar terkait kemungkinan bergulirnya kembali kompetisi tersebut. Bahkan dikabarkan tidak butuh waktu lama bagi Liga Inggris untuk kembali hadir di ruang tontonan para penggemarnya.

Namun demikian muncul kekecewaan dari pemain Liga Inggris yang merasa tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan untuk menentukan nasib kompetisi musim ini. Sebagaimana dikatakan oleh bek West Ham United, Aaron Cresswell, para pemain tidak didengar pendapat dan pandangannya. Begitu juga, ia menilai hal yang sama untuk kepala medis FIFA.

“Saya pikir terlihat jelas bahwa opini para pemain tidak didengar, termasuk saran dari kepala medis FIFA sendiri,” ungkap Cresswell di jejaring sosial twitternya.

Pemain internasional Inggris itu menilai sejak kompetisi ditangguhkan hingga kini para pemain sama sekali belum diberikan ruang dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan pandangan terkait masa depan Liga Inggris di tengah pandemi Corona atau Covid-19.

“Sudah 10 pekan sejak kami terakhir bermain bola dan belum ada polling untuk melihat bagaimana pendapat para pemain,” sambungnya.

Meski tidak dimintai secara resmi oleh otoritas terkait, beberapa pemain yang merumput di Liga Primer Inggris sudah menyatakan pendapatnya. Beberapa di antaranya adalah striker Manchester City, Sergio Aguero dan pemain muda Chelsea, Tammy Abraham. Para pemain itu berpendapat saat ini situasi belum kondusif untuk memulai lagi kompetisi. Mereka menyatakan masih ada rasa takut bila harus bermain dalam situasi seperti saat ini.

Sementara itu pelatih Chelsea, Frank Lampard menyampaikan masukan kepada para pelatih klub Liga Inggris terkait hal ini. Untuk mengurangi ketakutan dan kecemasan, Lampard meminta para manajer untuk berbicara dengan para pemain.

“Bagian penting dari pekerjaan pelatih saat ini adalah memiliki empati terhadap para pemainnya,” beber Lampard.

Lebih lanjut Lampard mengatakan, dalam situasi seperti saat ini para pelatih harus bisa berkomunikasi dari hati ke hati dan melakukan pendekatan personal yang baik dengan para pemain. Situasi seperti ini bukan tidak mungkin masih membuat para pemain merasa cemas. Bagaimanapun urusan kesehatan dan keselamatan adalah yang utama.

“Kami tak bisa cuma bilang, ‘guys, kita akan begini begini’, sebab tak ada yang pernah mengalami ini sebelumnya. Para pemain bukannya mogok main, mereka bukannya tak mau berlatih, atau berselisih dengan pemain lain, tapi karena hal ini berdampak pada semua orang, khususnya keluarga mereka,” tegasnya.

Mantan Pemain Puji Perkembangan Lazio Saat Ini

Patut diakui saat ini Lazio sudah menunjukkan diri sebagai salah satu klub yang patut diperhitungkan di Serie A. Klub tersebut sudah menunjukkan grafik penampilan yang meningkat dan kini berada di papan atas klasemen sementara.

Sebelum kompetisi terhenti karena wabah Corona atau Covid-19, Lazio berada di urutan kedua dengan raihan total 62 poin. Lazio hanya berjarak satu angka dari Juventus di posisi puncak.

Situasi ini membuat Lazio mendapat apresiasi. Salah satunya dari mantan pemain, Marco Di Vaio. Menurutnya, situsai yang terjadi saat ini sungguh menggembirakan. Para pihak terkait sudah menunjukkan kinerja yang mengagumkan.

Mulai dari direksi yang mampu membangun tim dengan baik. Menariknya, Lazio mampu bermain baik dengan modal pemain yang ada. Lazio tidak mengeluarkan banyak dana untuk mendatangkan pemain bintang.

Selain itu Lazio juga tidak tergoda untuk cepat melepas para pemain bintang. Saat ini nama-nama seperti Ciro Immobile tengah menjadi bidikan banyak klub. Namun manajemen klub tak tertarik dengan berbagai tawaran dan lebih memilih mempertahankan.

“Lazio saat ini telah dibangun di waktu yang tepat. Kelebihan pemilik dan direksi klub adalah telah membangun skuat ini satu bagian demi satu bagian tanpa menjual pemain terbaik,” beber Di Vaio.

Selain itu Lazio juga mampu memaksimalkan pemain yang ada. Bahkan beberapa pemain itu merupakan hasil tempaan Lazio seperti Luis Alberto dan Sergek Milinkovic-Savic. Selain dua nama itu masih ada Lucas Leiva. Para peain ini pun tengah menjadi incaran sejumlah klub.

“Mereka mengambil peluang untuk mendatangkan Ciro Immobile. Mereka hebat dalam menemukan bakat Luis Alberto dan Sergej Milinkovic-Savic atau bahkan Lucas Leiva,” sambungnya.

Di Vadio semakin senang karena Lazio mampu menjadi klub hebat tanpa harus mengeluarkan banyak uang. Menurut Di Vadio situasi yang terjadi saat ini berbanding terbalik dengan dua decade lalu di mana klub begitu jor-joran untuk berbelanja, namun hasilnya tak selalu sesuai harapan.

“Mereka telah melakukannya tanpa menghamburkan uang ke pasar seperti yang dilakukan dua dekade lalu,” tegasnya.

Saat ini Lazio sedang bersiap untuk memulai berkompetisi lagi setelah sempat terhenti karena wabah Corona. Bila mampu mempertahankan tren positif yang terjadi sebelum kompetisi berhenti, bukan tidak mungkin Lazio akan menjadi salah satu penantang terkuat untuk meraih scudetto musim ini. Namun tidak mudah untuk mendapatkan kembali tren positif setelah masa penangguhan.

Ferdinand Minta Harry Kane Realistis dengan Masa depan Bersama Spurs

Saat ini Harry Kane terus diganggu dengan kabar terkait peluang kepindahannya ke klub lain. Performa Spurs yang belum mampu mencapai klimaks di sejumlah kompetisi menjadi sebab. Tak heran sejauh ini Kane belum juga meraih trofi bersama The Liliwhytes.

Situasi ini mengundang keprihatinan dari banyak pihak. Salah satunya datang dari Les Ferdinand. Saudara Rio Ferdinand ini mengatakan saatnya Kane bersikap realistis. Ia mengakui sebagai fans Spurs, Ia tak ingin agar pemain bintang itu pergi. Namun situasi saat ini mau tidak mau membuat Kane harus mengambil keputusan.

“Sebagai fan, jelas saya tak mau Harry hengkang. Saya ingin dia terus di Tottenham sampai pensiun, tapi kita harus realistis, kan,” beber Ferdinand.

Les yang juga mantan pemain depan Spurs dan Timnas Inggris itu mengatakan saat ini para pemain bintang mampu memperoleh segalanya. Bahkan mereka sudah memiliki masa depan yang cerah karena mendapat gaji dan kompensasi yang besar.

“Para pemain zaman sekarang digaji besar sehingga mereka tak lagi pusing soal uang ketika sudah pensiun. Mereka sudah ada di satu titik di mana mereka berhasil mencapainya.”

Meski begitu uang bukan segalanya bagi seorang pesepakbola. Ada saatnya para pemain akan melihat prestasi dan pencapaian yang sudah diraih. Sungguh ironis bila memiliki uang tetapi minim prestasi.

“Namun ada situasi di masa pensiun nanti, mereka akan melihat kembali perjalanan karier mereka dan bilang, ‘karier saya bagus, tapi mana buktinya? Di mana medali juaranya?’ Hal itulah yang diinginkan.”

Terkait peluang Kane bersama Spurs, Les menilai hal ini tergantung pada klub. Bila Spurs mampu menjamin akan meraih trofi di masa depan, maka Les memprediksi Kane akan bertahan. Bila tidak, maka bukan tidak mungkin striker internasional Inggris itu akan berpikir untuk pergi.

“Semua pemain di manapun sama saja. Kalau Tottenham bisa mengimbangi ambisi Harry meraih banyak trofi, dia akan tinggal. Jika tidak bisa, maka Harry akan berpikir untuk pergi dan meraih trofi di tempat lain. Kalau sudah begitu, orang-orang tak boleh menghambatnya,” beber Les.

Dukungan agar Kane mencari pelabuhan baru juga datang dari Dimitar Berbatov. Mantan pemain Spurs dan Manchester United itu menganjurkan Kane untuk mencari klub lain bila ingin meraih trofi.

“Saya rasa dia berada di tempat yang salah. Jika terus di Spurs, dia tidak akan mendapat trofi,” bebernya.

Mantan pemain tim nasional Bulgaria itu yakin dengan isi hati Kane. Menurutnya sang pemain sangat ingin untuk merasakan gelar juara.

“Saya tahu apa yang saya rasakan. Terang saja, bagi Harry Kane saat ini hanya butuh trofi untuk membuktikan sehebat apa dirinya,” tegasnya.

Timo Werner Sesuai dengan Filisofi Klopp

Saat ini nama Timo Werner tengah dikaitkan dengan Liverpool. Pemain RB Leipzig ini memiliki musim yang bagus bersama klub Jerman itu. Ia menjadi andalan di lini depan. Menjawab kepercayaan itu, pemain berusia 24 tahun itu telah mencetak 27 gol dan memberikan 12 assist dalam 36 penampilan di semua ajang.

Tak heran dengan kualitas dan potensi seperti itu, Werner disebut cocok bergabung dengan Liverpool. Hal yang memperkuat Werner untuk berseragam Liverpool adalah kecocokannya dengan gaya bermain yang diinginkan pelatih Jurgen Klopp.

Menurut mantan pemain Liverpool, Jhon Barners, Werner adalah tipikal pemain yang sesuai dengan filosofi Klopp. Klopp disebut sebagai pemain yang mencari pemain berdasarkan kecocokan dan kebutuhan dengan tim dan bukan semata-mata berlabel bintang.

“Werner sesuai dengan profil dari salah satu trisula di lini depan. Itulah yang dilakukan Juergen Klopp, dia mencari apa yang dia perlu dari pemain berbeda di posisi berbeda dan dia mencari profil itu di pemain yang berbeda,” beber Barner.

Lebih lanjut ia mengatakan Werner hanya cocok dengan klub seperti Liverpool. Ia bukanlah pemain yang bisa bermain baik untuk klub Inggris lainnya seperti Manchester City. Karakter Werner yang cepat dan dinamis tak jauh berbeda dengan para pemain depan Liverpool saat ini seperti Sadio Mane, Roberto Firmino dan Mohamed Salah.

“Timo Werner mungkin tidak akan cocok dengan Manchester City karena dia tipe pemain yang berbeda, dia sangat cepat, dinamis, dan tanpa basa-basi, dan itulah yang harus dilakukan trisula lini depan Liverpool,” sambungnya.

Barner mengatakan Klopp adalah sosok pelatih yang pandai mencari pemain. Tidak hanya itu pelatih asal Jerman itu juga memiliki kemampuan untuk menempa seorang pemain menjadi pemain bintang. Ia mengambil contoh Jordan Henderson sebagai pemain pilihan untuk posisi gelandang ketimbang merekrut pemain bintang sekelas Kevin De Bruyne atau David Silva.

“Di situlah Klopp jago. Jika dia mencari gelandang, dia tidak akan mencari seorang Kevin De Bruyne atau David Silva, dia akan mencari pemain seperti Jordan Henderson,” sambungya.

Barnes menegaskan Klopp adalah sosok yang tahu akan kebutuhan tim dan bagaimana memenuhinya dengan pemain-pemain yang tepat. Bila klub lain berlomba-lomba mencari pemain terbaik, Klop justru lebih memilih pemain yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan tim.

“Dia tahu bagaimana dia ingin timnya main dan mencari pemain yang cocok dengan sistem itu, sementara klub lain mencari pemain terbaik yang mereka anggap terbaik dan bilang akan merekrutnya karena dia akan mencetak 50 gol, tapi jika dia tidak sesuai dengan keinginan tim, tidak ada gunanya merekrutnya,” pungkasnya.

 

Luka Jovic Butuh Mentor Agar Bisa Berkembang di Madrid

Sejak didatangkan Real Madrid, performa Luka Jovic belum memuaskan. Pemain muda asal Serbia itu sebelumnya bermain begitu memukau bersama Eintracht Frankfurt. Namun saat hijrah ke Spanyol performanya seperti berbanding terbalik.

Banyak hal disinyalir menjadi sebab. Salah satunya adalah pemain berusia 22 tahun itu tidak memiliki mentor yang bisa membimbingnya di klub raksasa itu. Hal ini diyakini oleh mantan pemain Serbia, Velijko Paunovic.

Menurut Paunovic, striker muda itu belum bisa tampil maksimal karena tidak mendapat bimbingan dari pemain senior. Untuk itu menurut Paunovic, Jovic butuh pemain senior agar bisa membimbingnya untuk mendapatkan kembali potensi terbaiknya.

Meski begitu Paunovic yakin Jovic sangat bertalenta dan masih memiliki kesempatan untuk berkembang. Jovic disebutkan masih butuh waktu untuk beradaptasi menjadi bagian dari klub tersukses di Eropa itu.

“Kami semua berharap bisa melihat Jovic lebih banyak dan saya pikir dia butuh waktu untuk beradaptasi. Walau begitu, saya masih percaya dengan kemampuannya,” beber Paunovic.

Lebih lanjut Paunovic mengatakan Jovic sudah mendapat perhatian memadai dari pelatih Madrid, Zinedine Zidane. Hanya saja Jovic perlu didampingi oleh pemain yang lebih senior.

“Zinedine Zidane sudah cukup baik merangkul Jovic. Namun, saya rasa dia kehilangan veteran yang bisa menunjukkan bagaimana tim-tim besar seperti Real Madrid, Barcelona, atau Atletico Madrid bermain,” sambungnya.

Bermain di klub sebesar Madrid jelas menjadi tantangan bagi setiap pemain, apalagi pemain muda seperti Jovic. Karena itu penting bagi Jovic untuk mendapatkan mentor yang tepat sehingga bisa beradaptasi dan mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

“Jovic harus mampu menyelesaikan itu dan menemukan mentor yang tepat buatnya. Tuntutan di Real Madrid sangat tinggi dan dia harus siap dengan hal tersebut,” pungkasnya.

Presiden LaLiga, Javier Tebas, mengungkapkan harapannya agar Liga Spanyol bisa dilanjutkan mulai 12 Juni. Tebas mengatakan pertandingan-pertandingan lanjutan itu akan digelar tanpa penonton. Dengan demikian selama enam pekan tersisa, para penggemar tim-tim La Liga tidak bisa datang memberikan dukungan secara langsung.

“Kami tidak tahu (kapan kami bisa mulai), tidak ada yang tahu tanggalnya. Itu akan tergantung kenaikan angka dan semua aturan yang diikuti,” beber Tebas.

Tebas mengakui situasi saat ini belu sepenuhnya pulih. Wabah Corona atau Covid-19 belum benar-benar berakhir. Ia berharap dengan tetap mengikuti protokol dan aturan yang telah dikeluarkan situasi bisa segera berangsur pulih.

“Virusnya masih ada, tapi kalau bisa tanggal 12 Juni (mulai lagi), jauh lebih baik. Jika kita semua mengikuti aturan kesehatan, saya kira tidak akan ada masalah,” sambungnya.

Bek Madrid: Saya Tidak Ingin Pergi

Demikian pertanyaan yang menyeruak belakangan ini terkait masa depan Marcelo. Pemain andalan Real Madrid itu digosipkan akan meninggalkan klub tersebut. Pemain asal Brasil itu digadang-gadang akan hijrah ke Juventus untuk bereuni dengan mantan rekan setim, Cristiano Ronaldo.

Marcelo pun angkat bicara terkait gossip tersebut. Pemain berambut gimbal itu mengatakan kabar tersebut hanya isapan jempol belaka. Ia tidak tertarik untuk meninggalkan Madrid. Ia menegaskan dirinya masih senang berseragam Los Blancos dan belum berpikir untuk pergi.

“Saya tidak ingin pergi dan saya pikir Real Madrid tidak akan menjual saya,” beber Marcelo.

Lebih lanjut Marcelo mengatakan saat ini dirinya masih menikmati waktu-waktu bersama Madrid. Sejak awal kedatangannya hingga kini ia masih berasa nyaman dan tidak pernah terpikirkan untuk hijrah ke klub lain.

“Saya telah menjalani semuai ini dengan sangat sejak pertama kali tiba di Madrid. Saya melakukan itu dalam waktu yang lama dan itu luar biasa,” sambungnya.

Terkait kabar yang mengaitkannya dengan Juventus, Marcelo mengatakan dirinya tak tahu apa-apa. “Saya rasa itu hal yang baik jika tim lain tertarik pada saya. Namun saya tidak tahu apa-apa soal Juventus.”

Meski begitu Marcelo membuka kisah masa lalu. Ia mengatakan dirinya nyaris berseragam Juventus dua tahun lalu. Bahkan saat itu ia nyaris menandatangani kontrak dengan Nyonya Tua. Ia mengatakan saat itu dirinya sangat terikat dengan Cristiano Ronaldo yang memilih meninggalkan Santiago Bernabeu untuk bergabung dengan raksasa Serie A Italia itu.

“Dua tahun lalu sebenarnuya saya sudah siap menandatangani kontrak dengan mereka (Juventus), dan mengenakan seragam mereka karena saya tidak bisa hidup tanpa Cristiano Ronaldo. Orang-orang membuat banyak membuat gosip soal ini,” sambungnya.

Marcelo masih terikat kontrak dengan Los Merengues. Ia baru bisa meninggalkan Madrid setelah kontraknya berakhir pada 2022 mendatang.

Saat ini semua kompetisi sepakbola di Eropa sedang terhenti. Bahkan beberapa dari antaranya sudah dinyatakan berakhir karena wabah Corona yang tak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Eredivisie Belanda dan Ligue 1 Prancis sudah dinyatakan selesai.

Ligue 1 Prancis sudah dinyatakan berakhir. Sementara itu Paris Saint-Germain (PSG) dinobatkan sebagai juara kompetisi sepak bola paling bergengsi di Prancis itu.

Sebelum kompetisi dihentikan, PSG berstatus pemuncak klasemen dengan keunggulan 12 poin dari Marseille di urutan kedua. Musim ini masih menyisahkan 10 pertandingan dan PSG masih harus memainkan 11 laga. Namun demikian situasi yang tak memungkinkan membuat otoritas setempat memutuskan untuk mengakhiri musim ini lebih awal.

Eks Pemain Arsenal Ini Sebut Nyaris Gabung Man United

Saat ini sepak terjang Arsenal sedang mendapat sorotan. Dalam beberapa musim terakhir klub berjuluk The Gunners itu belum juga mampu meraih trofi bergengsi. Banyak komentar dan spekulasi terkait situasi dalam klub tersebut mengemuka.

Salah satunya datang dari mantan pemain Arsenal, Tony Adams. Bek legendaris ini mengatakan tim tersebut sejatinya tidak lagi memiliki ambisi untuk meraih sukses di Liga Primer Inggris. Hingga kini Arsenal belum terlihat memiliki tim yang tangguh seperti era-era kejayaan sebelumnya.

“Orang-orang heboh soal Class of ’92 (Manchester United), di Class of ’83 kami dulu, kami punya enam pemain internasional di tim muda kami: Niall Quinn, Paul Merson, Michael Thomas, Rocky (David Rocastle), saya, dan Martin (Keown),” beber Adams.

Lebih lanjut mantan pemain di era keemasan Arsenal itu mengatakan selain masanya memiliki banyak pemain bintang, saat itu manajemen sangat royal di setiap bursa transfer.

“Tapi itu masih ditambah lagi dengan (anggota dewan direksi) Danny Fiszman menggelontorkan banyak uang ke klub di tahun 95, 96 dan kami saat itu mendapatkan pemain-pemain kelas dunia di Arsenal Football Club,” sambungnya.

Ia mengatakan bahwa dulu dirinya pernah didekati Alex Ferguson yang saat itu menangani Manchester United. Namun saat itu ia mendapat suntikan semangat dari manajemen untuk tetap bertahan demi meraih ambisi gelar juara.

“Alex Ferguson dulu mendekati saya, tapi saya tak ingin pergi dan saya bilang ke Chairman ‘Apakah kita punya ambisi di klub ini?’ Dia bilang ‘Jangan khawatir, kami menyuntikkan banyak uang dan kita akan mengejar gelar juara’.”

Ia mengatakan keputusannya saat itu untuk bertahan akhirnya berbuah manis. Saat itu timnya menjadi salah satu tim terkuat di Inggris bahkan Eropa. Di dalamnya banyak pemain bintang.

“Saya bertahan dan sisanya adalah sejarah. Dennis (Bergkamp) datang, juga Nicolas Anelka, (Patrick) Vieira, Manu (Emmanuel Petit), Robert Pires. Kami punya lima juara dunia di tim,” bebernya.

Menurutnya situasi saat itu bertolak belakang dengan sekarang. Ia mengkritik kebijakan transfer dalam beberapa tahun terakhir. Ia mengatakan para pemain yang didatangkan di bursa transfer tersebut tidak bagus. Tak heran bila prestasi Arsenal tak kunjung datang.

“Itu sangat berbeda dengan klub saat ini dan saya rasa perekrutan di Arsenal selama beberapa tahun terakhir tidaklah bagus,” sambungnya.

Saat ini Liga Primer Inggris sedang ditangguhkan karena pandemi Corona atau Covid-19. Situasi ini membuat para pemain masih menanti kapan kompetisi akan bergulir lagi.

Aguero Sebut Bek Liverpool Ini Tidak Tampak Cepat, Tapi…

Tidak ada pemain depan Liga Primer Inggris yang tak mengetahui kepiawaian Virgil Van Dijk di lini belakang Liverpool. Tidak terkecuali Sergio Aguero. Pemain depan Manchester City itu pun memiliki kesan tersendiri terhadap pemain internasional Belanda itu.

Menurut Aguero, Van Dijk adalah pemain belakang yang tangguh. Postur tubuh yang tinggi dan badan yang kekar membuatnya susah untuk ditembus. Postur jangkung membuat daya jangkau kakinya cukup jauh.

“Dia itu kuat, tinggi, dan punya badan yang luar biasa. Dia sangat tangguh, dia bermain dengan badannya. Juga mengingat dia itu tinggi banget, dia punya kaki-kaki yang panjang,” beber Aguero.

Lebih lanjut Aguero mengatakan dengan kaki-kaki yang panjang, Van Dijk bisa menjangkau dan bersaing dengan para pemain lawan.

“Dia tidak tampak cepat, tapi dia cepat lho karena kaki-kaki panjangnya – dia bisa menjangkau manapun. Dua langkah dia itu sama dengan 50 langkah untukku,” lanjutnya.

Tidak hanya unggul secara fisik, Aguero juga menyebut pemain tersebut memiliki kecerdikan saat bertahan. Tidak hanya itu mentalnya pun sudah teruji dengan tak merasa gugup saat mengawal lini pertahanan. Hal ini membuat para pemain depan lawan begitu kewalahan.

“Apa yang kusuka dari dia itu dia sangat cerdik saat bertahan. Dia tidak gugup saat mengawal, dia sangat berhati-hati dan sabar. Itu yang bikin sulit para striker.”

Bagaimana pengalamannya saat berhadapan dengan Van Dijk di lapangan pertandingan? Aguero mengatakan dirinya memiliki kecepatan dan suka untuk menggiring bola. Namun Van Dijk memiliki cara untuk mendapatkan bantuan tambahan dari rekan setim.

“Sedangkan aku, aku kan cukup kencang dan aku suka menggiring bola jadi aku perlu bek agar mendatangiku. Tapi kalau dia menahan, dia bisa menunggu bantuan dari bek lainnya. Dia sangat bagus dalam hal ini,” pungkasnya.

Ternyata di balik performa gemilangnya itu, Aguero pernah mengalami situasi tak nyaman. Sepanjang tahun 2013 hingga 2016 ia kerap mengalami pusing saat bertanding. Selain itu berat badannya saat itu pun meningkat.

Ternyata hal ini disebabkan karena pola makannya. Ia secara teratur mengkonsumsi daging panggang. Setelah berkonsultasi dengan salah satu dokter di Italia, ia pun perlahan-lahan bisa mengontrol kecenderungan tersebut.

Perlahan-lahan ia pun mengubah pola makannya. Ia mulai lebih sering memakan nasi dan ayam. Ternyata hal ini efektif untuk berat badan dan performanya di lapangan pertandingan.

“Kurasa saat itu dari 2013 sampai 2016 aku tidak bisa beradaptasi dengan makanan. Dari situ aku bertemu dengan seorang dokter Italia secara online, dan dia sedikit mengubah pemikiranku,” beber Aguero.

Lampard: Kami Masih Butuh Kante

Sepak terjang N’Golo Kante sepanjang musim ini tidaklah maksimal. Gelandang Chelsea itu harus menjalani perawatan karena cedera yang dialami. Situasi ini tidak hanya mempengaruhi keseimbangan tim, tetapi juga cukup mengguncang sang pemain.

Sosok yang ikut andil membawa Prancis menjadi juara dunia pada 2018 lalu harus berkutat dengan cedera otot adductor sejak awal musim. Cedera ini ternyata sangat mempengaruhi performanya di lapangan pertandingan.

Hal ini yang diyakini oleh pelatih Chelsea, Frank Lampard. Cedera Kante benar-benar membuatnya kesulitan. Ia pun tahu bagaimana situasi yang dialami pemain tersebut.

“Kami punya empat sampai lima pemain yang cedera musim ini dan salah satunya adalah N’Golo Kante. Dia hanya bermain sekitar 40 persen dan cedera tersebut sungguh menyulitkan dirinya. Saya bisa merasakan bagaimana situasinya,” beber Lampard.

Lebih lanjut pelatih asal Inggris itu mengatakan meski belum berkontribusi maksimal di musim ini, pihak klub tetap membutuhkan Kante. Ia pun menepis berbagai spekulasi terkait masa depan pemain tersebut di Stamford Bridge.  Ada sejumlah klub raksasa La Liga seperti Barcelona dan Real Madrid yang ingin mendapatkan tanda tangannya.

“Kami masih membutuhkan N’Golo Kante, dia adalah salah satu pemain terbaik di dunia. Saya tahu itu sebelum jadi manajer di sini,” beber Lampard.

Mantan pemain tim nasional Inggris itu mengatakan pemain tersebut diyakini bisa pulih kembali. Tidak hanya itu Lampard yakin cepat atau lambat Kante akan kembali mendapatkan permainan terbaiknya.

“Kami berharap dia bisa segera sembuh dan kembali ke permainan terbaiknya,” tegasnya.

Lampard mengatakan kontribusi Kante bagi klub tak bisa diremehkan. Sepanjang lima musim terakhir sepak terjangnya di lapangan hijau sungguh memukai. Berbagai gelar diperoleh baik secara individu maupun tim, baik di level klub maupun tim nasional Prancis.

“Dia adalah pemain yang luar biasa dalam lima musim terakhir dan memiliki trofi serta gelar individu. Kami berharap dia bisa segera pulih dari cedera dan kembali ke permainan terbaiknya,” pungkasnya.

Chelsea tentu tidak ingin menjual pemain penting itu. Meski belum mendapatkan kembali performa terbaik, Kante tetaplah salah satu gelandang terbaik di dunia saat ini. Pembawaannya yang tenang dan pekerja keras menjadi nilai lebih dari pemain tersebut.

Saat ini Liga Primer Inggris sedang ditangguhkan. Klub-klub peserta tentu tengah menanti nasib kompetisi tersebut apakah akan berlanjut atau terhenti. Saat ini wabah Corona atau Covid-19 masih menjadi perhatian dunia.